Renungan

EVOLUSI VS PENCIPTAAN

195views

Bacaan : Kejadian 2 : 7

ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kejadian 2 : 7)

Melalui penelitian dan buku The Origin of Species (1859) Charles Darwin menyimpulkan bahwa makhluk hidup bisa menjadi seperti sekarang ini didasarkan pada tiga hal utama yaitu spesies, adaptasi dan evolusi. Namun, di dalam penelitiannya tersebut, ternyata Darwin tidak dapat menemukan asal usul manusia sehingga ia menyimpulkan bahwa seluruh makhluk hidup berasal dari makhluk bersel satu yang kemudian membelah diri, bertumbuh, beradaptasi, berevolusi dan bervariasi. Ia mengamati dan berspekulasi bahwa makluk hidup beradaptasi dengan kondisi alam sehingga yang mampu beradaptasi berkumpul menjadi satu komunitas menghasilkan keturunan yang berbeda species. Proses adaptasi tersebut dijelaskan terjadi dalam waktu jutaan bahkan milyaran tahun sehingga menghasilkan evolusi menuju kesempurnaan.

Teori ini  dalam perjalanannya mendapat banyak pertentangan sampai hari ini karena begitu besar ketidaklogisannya. Walaupun banyak ilmuwan yang meneruskan teori Darwin ini untuk menyempurnakannya, tetap saja masih terlalu banyak “mata rantai” yang tidak bisa disambungkan untuk merangkainya menjadi suatu teori yang sempurna secara ilmiah.

Salah satu contoh sederhana komplain terhadap teori ini adalah kebenaran variasi dari hasil adaptasi. Misalnya jika benar semua makhluk hidup berasal dari makhluk hidup bersel tunggal maka seharusnya sekarang ini sudah tidak ada lagi makhluk hidup bersel tunggal karena semuanya sudah berevolusi. Dan jika proses evolusinya tidak dimulai dari satu waktu maka seharusnya dimana-mana ditemukan banyak makluk hidup yang setengah jadi, misalnya setengah manusia dan setengah kera, namun kenyataannya sampai hari ini semua yang hidup tidak ada yang setengah-setengah, semuanya sempurna adanya.

Bagaimana pandangan Alkitab tentang asal usul makluk hidup? Berbeda dengan teori evolusi Alkitab (Kejadian 1:12,21,25) menjelaskan bahwa dengan berfirman Allah menciptakan semua tumbuhan dan binatang dengan segala variasinya secara langsung dan sempurna.  Jurnal Chironomidae Research mencatat melalui penelitian bahwa kurang lebih terdapat 2 juta hingga 1 triliun species di muka bumi. Luar biasa bukan? Bagaiamana mungkin species yang demikian banyak terjadi dengan sendirinya hanya karena seleksi alam? Tetapi Allah sebagai subjek yang menciptakan segala sesuatu menjadikannya dengan hikmat dan seni yang luar biasa tidak ada taranya. Allah menjadikan setiap species dengan sempurna tidak ada yang setengah jadi, tidak membutuhkan evolusi untuk menjadikannya sempurna. Ketika IA menjadikan makhluk hidup, Ia telah menyediakan semua kebutuhannya terlebih dahulu termasuk sistem untuk keberlangsungannya

Dari semua makhluk hidup yang tercipta, manusia yang diciptakan Tuhan dengan cara yang berbeda. Ada 3 kekhususan manusia dari makluk hidup lainnya ketika diciptakan:
Pertama, hanya manusia  yang dijadikan segambar dan serupa dengan Allah Tritunggal (Kejadian 1:26).
Kedua, hanya manusia yang dibentuk oleh Allah dengan tanganNya sendiri.
Ketiga hanya manusia yang dihembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya (Kejadian 2:7).

Kata membentuk (yaw-tsar’) di dalam frase TUHAN Allah membentuk manusia, dijelaskan oleh kamus Strong Ibrani sbb: TUHAN Allah membentuk manusia seperti seorang penjunan yang membuat bejana tanah liat dengan tanganNya sendiri. Kekhususan manusia yang dijadikan serupa dan segambar dengan Allah membuat manusia menjadi makhluk yang mulia karena keserupaan dengan penciptanya.

Teori evolusi dan big bang digunakan sebagai dasar pijakan para atheis untuk membangun sistem berpikir bahwa Tuhan itu tidak ada. Mereka percaya bahwa asal usul segala sesuatu di dunia ini ada secara kebetulan melalui proses yang sangat lama. Mereka tidak mau percaya bahwa Tuhan itu ada karena Tuhan tidak bisa dibuktikan keberadaanNya secara fisik.

Dan yang mengherankan adalah justru atheis bertumbuh subur di benua yang dikenal memiliki banyak orang Kristen seperti Eropa dan Amerika. Eropa bahkan telah dideklarasikan sebagai “The Post Christian Continent”. Di Amerika banyak mahasiswa memilih untuk menjadi atheis dan meninggalkan iman mereka ketika masuk perguruan tinggi. Mengapa bisa terjadi seperti demikian? Jawabannya sederhana, mereka kehilangan iman percaya berdasarkan apa yang firman Tuhan katakan. Iman mereka sudah digantikan dengan logika berpikir dengan basis ilmiah. Logika berpikir dan basis ilmiah tidak salah, itu sangat bermanfaat bagi kemajuan banyak hal di muka bumi. Yang salah adalah ketika menjadikan logika dan ilmiah menjadi dasar iman untuk percaya dan menolak mengakui firman Allah sebagai kebenaran

Apa yang perlu dilakukan dalam kondisi seperti ini? Kita bersyukur karena di Indonesia dikenal sebagai negara yang paling kuat mempercayai keberadaan Allah. Karena itu sudah selayaknya semua orang percaya mempertahankan iman yang benar dengan menjadikan firman Allah sebagai dasar dari segala pikiran dan keputusan. Lebih dari itu orang percaya juga perlu bersaksi dengan menegakkan kebenaran sesuai dengan apa yang firman Allah sampaikan kepada dunia yang semakin abu-abu karena melupakan keberadaanNya. Lebih khusus generasi muda saat ini, mereka perlu ditolong dan diperkuat dengan pengajaran Alkitabiah yang benar agar jangan iman mereka menjadi lemah dan terpengaruh dengan sistem berpikir yang salah.

Inspirasi : Mari memperkuat iman percaya atas kebenaran yang alkitabah dan berperan aktif menolong generasi ini dan yang akan datang dengan mematahkan setiap siasat dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah, menawan serta menaklukkan segala pikiran tersebut kepada Kristus. (2 Korintus 10:5) (ZK)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments