Renungan

HIKMAT = RELA DITEGUR

3kviews

HIKMAT = RELA DITEGUR

Bacaan: Amsal 1: 20-33

“Berapa lama lagi, hai orang yang tak berpengalaman, kamu masih cinta kepada keadaanmu itu, pencemooh masih gemar kepada cemooh, dan orang bebal benci kepada pengetahuan? Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” (Amsal 1: 22-23)

Sebagai orang tua, kadang-kadang kami menegur anak-anak jika mereka melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dalam keluarga kami, misalnya dalam hal kejujuran, Ditegur bukanlah sesuatu yang menyenangkan, apalagi jika dilakukan oleh orang tua, rekan sekerja atau atasan. Apapun motivasi dari teguran, jika diterima dengan baik,akan menjadi pendorong yang positif.

Pada masa Salomo, tempat yang paling sibuk di kota adalah pintu gerbang kota. Semua kegiatan perdagangan dilakukan di sana. Para pembuat undang-undang, hakim, sebenarnya mengadakan sidang di pintu gerbang kota. Semua persetujuan bisnis disahkan di sana, di depan pintu gerbang kota.

Hikmat digambarkan sedang berseru-seru di pintu gerbang kota, agar kita mendengarkan suaranya. Hikmat sedang berseru-seru, agar ia diterima di setiap bidang kehidupan: dalam keluarga, pekerjaan, usaha, pergaulan kita, dsb. Tetapi di lain pihak, kebodohan juga sedang memanggil dan menarik perhatian kita. Keduanya sedang berlomba mencari pengikut. Tindakan kebodohan terlihat dalam ayat 11-14, 16-25.

Allah ingin setiap orang yang adalah anak-anak-Nya memilih hikmat,  Dalam bacaan hari ini, kita melihat ada 2 jenis manusia dan pilihan mereka dan hal itu diwujudkan dalam 2 jenis jalan kehidupan yang mereka tempuh.

Kadang kala kita mengikuti seruan ‘kebodohan’ dan melakukan apa yang ia minta. Tetapi hikmat berkata, “Berapa lama lagi, engkau mau hidup dengan cara seperti itu?” Hikmat memberikan teguran. Teguran diberikan jika kita keluar dari jalur yang benar.

Tetapi jika seseorang mengeraskan hati dan tidak mau menerima teguran, maka ia akan melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Mengapa? Karena ia telah dikuasai oleh ‘kebodohan’. Hatinya menjadi keras, seperti tanah yang keras, harus dihancurkan agar dapat ditanami dan menghasilkan. Hati yang sombong tidak mau menerima teguran.

Berbeda dengan orang yang mengikuti seruan hikmat, ia menerima perkataan hikmat, menyimpan di dalam hati, telinganya memperhatikan dan hatinya diarahkan kepada hikmat, sehingga ia mengerti apa artinya takut akan TUHAN dan mengenal siapa Allah (Amsal 2: 1-5). Dengan rendah hati ia mau menerima teguran, dan bersikap positif atas teguran. Ia seperti tanah liat yang mau dihaluskan dan dibentuk, sehingga dapat berguna bagi orang lain.

Firman Tuhan akan menuntun kita untuk hidup benar, dan memilih yang benar, sesuai dengan cara Allah.

Inspirasi: Jangan mengabaikan teguran Tuhan, walaupun terasa ‘sakit’ sekarang, tetapi akan menjaga kita dari ‘sakit’ yang lebih parah di masa mendatang. (R)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response