SACRIFICING LIFE
Filipi 2:1-11
“Dan dalam keadaan sebagai manusia Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Filipi 2 : 8).
“Seorang ibu di Amerika Serikat benar-benar merupakan seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Beliau rela mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan anak semata wayangnya yang berusia 2 tahun. Kereta dorong anaknya kebetulan tersangkut di rel kereta api, dan saat itu terdapat sebuah komuter Metrolink yang melintas dengan kecepatan tinggi. Alhasil, Dibene, ibu berusia 33 tahun itu tak sempat meloloskan diri dan tertabrak kereta sesaat setelah beliau berhasil menyelamatkan anaknya. Padahal saat itu palang sudah ditutup dan lampu tanda dilarang memasuki wilayah rel telah diturunkan. Tentu saja sebagai seorang ibu, insting Dibene sangat kuat dan ia pun tak mempedulikan apapun kecuali keselamatan bayi mungilnya tersebut.” Demikian sebuah situs melaporkan. Ini dapat dikatakan kisah kematian yang menghidupkan.
Tatkala kita merenungkan bagaimana Yesus rela mati di kayu salib sampai mati bagi orang berdosa, apakah lagi yang lebih berharga daripada itu? Ia adalah Allah sendiri. Bagaimana mungkin Ia mau menjadi manusia? James Bryan Smith menulis, “Salib Yesus adalah cara Allah melakukan segala sesuatunya bagi kita. Namun kita masih bertanya, apakah Allah benar-benar mengasihiku? Apakah saya ini berharga bagi Allah? Apakah Allah peduli kepada saya? Dan kata Maria Ibu Yesus kepada kita, “apa lagi yang masih kurang?” Ketika kita dengan tulus mau mengorbankan diri bagi kebaikan orang lain, maka kita telah – dalam bahasa Edward Yarnold – menggenapkan gambar dan rupa Allah. Kita diciptakan dalam gambar dan rupa Allah, dan Allah dengan tulus mau mengorbankan diri-Nya bagi yang lain. Semakin kita mengenal Allah, maka semakin kita mengenal diri kita sendiri, dan semakin pula kita mau mengorbankan diri bagi kebaikan orang lain.”
Jika egoisme dan menyenangkan diri sendiri adalah sifat atau tabiat manusia duniawi, maka tidak ada waktu dan tempat bagi mereka untuk memikirkan, apalagi berkorban bagi orang lain (2 Timotius 3:1-5).
Inspirasi: Pengorbanan yang dilakukan dengan kasih dan ketulusan bagi orang lain membawa sukacita besar. Sejauh mana pengorbanan kita bagi orang lain? (BB)
Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :
Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :