Renungan

SERVING LIFE

77views

SERVING LIFE

Bacaan :  Matius 20:20-28

 “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20 : 28)

Logika berpikir sekuler tidak pernah akan cocok dengan perkataan Yesus, bahwa Ia datang “bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani.” Di dunia yang penuh persaingan ini, sangat sulit bagi seseorang untuk menempatkan diri pada posisi seperti pelayan, apalagi siap berkorban. Ia tidak bisa menerima yang namanya serving life (hidup yang melayani). Di dalam kancah politik, bahkan dalam banyak hal lain, prinsip melayani hampir mustahil untuk diterapkan. Karena jelas bahwa melayani itu identik dengan siap menderita, tidak dihormati atau dihargai.

Namun mengapa malah Yesus sendiri, yang adalah Allah yang tertinggi di atas segala-galanya, menerapkan prinsip ini? Inilah yang membuat banyak orang sinis dan skeptis heran, karena ini sesuatu yang tidak masuk akal. Para penganut humanisme sekuler melihat bagaimana mungkin Yesus yang adalah Allah yang Mahatinggi tetapi menjadi manusia? Bagi mereka, kalau Yesus bisa berada secara fisik di dunia, itu berarti Ia hanyalah manusia dan bukan Allah. Inilah kondisi pikiran gelap manusia berdosa yang telah dibutakan ilah zaman ini, sehingga tidak mampu mengerti rancangan Allah (2 Korintus 4:4). Yesaya menulis, “Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku..” Jelas pikiran Allah tak dapat dibandingkan atau jauh di atas pikiran manusia (Yesaya 55:8-10).

Hidup yang melayani adalah suatu kehidupan yang indah. Indah karena ada kesempatan untuk melakukan perkara besar seperti yang Yesus lakukan. Saya teringat lagu, “Bila kurenungkan kasih Tuhan, yang t’lah menyelamatkan diriku. Walau salib berat ditanggung-Nya, apa balasanku pada-Nya. S’perti Kristus mengasihi daku, kumau mengasihi-Nya selalu. Membawa t’rang Injil keselamatan, sampai Tuhan datang kembali. O bukan pada harta yang fana, sukacita itu bertumbuh. Tapi sungguh takkan percuma bila melayani Tuhanku.” Baris terakhir berkata “….sungguh takkan percuma bila melayani Tuhanku.” Memang tidak percuma, walau pun implikasinya adalah siap sedia untuk tidak dianggap dan dipuji orang.

Inspirasi: Hidup yang minta dilayani akan selalu cenderung mencari penghargaan manusia. Sebaliknya, hidup yang melayani memang bisa dipandang hina oleh manusia, namun dihargai oleh Allah. (BB)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response