Renungan

KOMITMEN DANIEL

430views

Bacaan : Daniel 1 : 3-17

“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” (Daniel 1:8)

Daniel dan teman-temannya adalah orang-orang muda keturunan bangsawan, tampan, pandai, terpelajar dan sehat, yang dibawa ke Babel untuk bekerja dalam istana raja (ayat 4a). Pemimpin pegawai istana berusaha mengubah ‘pikiran’ orang-orang Yahudi itu dengan memberikan mereka pendidikan cara Babel dengan mengajarkan kebudayaan dan bahasa orang Babel yaitu bahasa Aram.

Orang Babel juga berusaha mengubah ‘cara hidup’ Daniel dan kawan kawannya. dengan memberikan anggur dan makanan raja yang telah dipersembahkan kepada dewa, serta mengubah ‘kesetiaan’ kepada Allah dengan mengubah nama mereka.  (Daniel= Allah adalah hakimku) diubah menjadi (Beltsazar = Bel, dewa tertinggi Babel, melindungi hidupnya). (Hananya = Tuhan menunjukkan kasih karunia) menjadi (Sadrakh= ‘Hamba Aku’, yaitu dewa bulan). (Misael= Siapa yang setara dengan Allah) menjadi (Mesakh= Bayangan pangeran). (Azarya= Tuhan menolong) menjadi  (Abednego = Hamba Nego, yaitu dewa hikmat/ bintang fajar).

       Sekalipun demikian, Daniel ‘berketetapan’ untuk tidak menajiskan dirinya…[ayat 8] dan tetap setia kepada Allah yang benar. Berketetapan berarti memiliki tekad yang sungguh-sungguh, berkomitmen untuk melakukan apa yang benar dan tidak berkompromi dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai pengusaha,  profesional, karyawan, mahasiswa, seringkali kita juga diperhadapkan dengan situasi seperti Daniel dan kawan kawannya. Untuk mengkompromikan standar kehidupan kita dengan dunia di sekeliling kita.

       Memilih atau ingin melakukan kehendak Allah saja tidak cukup untuk melawan pencobaan. Kita harus ‘berketetapan’ – memiliki komitmen, keinginan yang kuat untuk menaati Allah. Dan ketika pencobaan datang, Allah memberikan kemampuan untuk tetap tabah dan dengan bijaksana menyesuaikan diri dengan ‘bernegosiasi’ daripada memberontak [ayat 12], seperti Daniel.

 Inspirasi : Sebagai anak-anak Tuhan, kita dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar kita tanpa mengorbankan nilai-nilai kekristenan. Apa saja yang kira-kira dapat membuat saudara berkompromi dengan lingkungan saudara?. Bagaimana saudara mengatasinya? (R)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response