Renungan

ANAK TUHAN DAN KOMPROMI – 2

110views

Bacaan: Keluaran 10: 10-29

“…kamu boleh pergi, tetapi hanya laki-laki….; …….pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya lembu sapimu harus ditinggalkan…”  (Keluaran 10:11, 24)

Pada bagian ini kita membaca bagaimana hati Firaun dikeraskan oleh Tuhan, sehingga orang Israel tidak boleh pergi. Ketika Firaun bertanya,”Siapa saja yang akan pergi?”(ayat 8), dengan tegas Musa menjawab bahwa mereka  semua akan pergi:  orang muda, tua, anak laki/perempuan, juga semua ternak (ayat 9). Dan kembali Firaun berusaha bernegosiasi:

3) Oke, silahkan pergi – asal laki-laki saja (ayat 11).Perempuan, anak-anak, ternak tetap tinggal. Sekali lagi Musa menolak. Dengan kata lain,  sebagian dari anggota keluarga saja yang boleh beribadah, yang tidak mau, tidak tertarik, sudah dewasa biar mencari dan memilih jalannya sendiri. Tidak perlu ikut campur dengan urusan mereka.

Di era individualistis dan sibuk  seperti saat ini,  waktu yang berkualitas untuk  keluarga merupakan sesuatu yang sangat langka. Padahal dengan cermat kita mengatur waktu untuk bekerja, bertemu klien,  bahkan melayani. Ironisnya, keluarga sering kali bukan dianggap hal yang penting. Jangan puas dengan diri sendiri yang ‘rohani’. Lihat ke dalam, doakan dan layani anggota keluarga yang masih terhilang. “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis.16:31)

 4) Setelah bujukan ke 3 tidak berhasil, Firaun berkata :”Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan, …..” (ayat 24). Semua boleh pergi, asal ternak tinggal.  Tetapi Musa dengan tegas berkata: “dan juga ternak kami harus turut beserta kami dan satu kaki pun tidak akan tinggal…(ayat 26). Iblis berkata, “Ah…, kamu sudah meninggalkan hidup lama, sudah sungguh-sungguh mengikut Yesus, sudah beribadah bersama seluruh keluarga, tapi harta/apapun yang kamu miliki tidak usah kamu serahkan pada Tuhan. Pakai saja untuk kesenangan sendiri.”

Rick Warren dalam bukunya Purpose Driven Life mengatakan bahwa ‘segenap’ hidup kita adalah ibadah/penyembahan. Ibadah  adalah gaya hidup, sama alaminya seperti makan dan bernafas. Apapun yang kita lakukan, makan, tidur, bekerja di kantor, di rumah, bergaul, berbicara dengan orang lain, jalan-jalan, rekreasi, perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan bukan manusia..

Inspirasi: Allah ingin seluruh eksistensi hidup kita: tubuh, jiwa dan roh serta segala sesuatu yang Ia titipkan kepada  kita, bukan sebagian, sebagai suatu bentuk ibadah yang menyenangkan hati-Nya. (R)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response