Renungan

MEMPERSIAPKAN ANAK ANAK

213views

Bacaan : 1 Samuel 8 : 1- 22

“Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan.”(1 Samuel 8 : 3)

Banyak  buku menulis kisah orang-orang terkenal yang pada masa kanak-kanaknya seringkali suram dan tidak menyenangkan, misalnya : Oprah Winfrey, Walt Disney, Mahatma Gandhi, dan sebagainya. Di dalam Alkitab, sedikit sekali informasi tentang masa kanak-kanak orang-orang yang ditulis di dalamnya, tetapi tidak demikian dengan Samuel.

Samuel merupakan jawaban doa Hana.  Ia diasuh imam Eli di bait Allah. Allah membentuk Samuel sejak awal. Dan Allah bekerja  melalui Samuel karena Samuel bersedia dipakai oleh Allah menjadi hamba-Nya. Tidak diceritakan dengan siapa Samuel menikah, tetapi hanya diceritakan bahwa Samuel memiliki anak-anak: Yoel dan Abia.

Sebagai nabi, imam dan hakim tentu tugas Samuel sangatlah berat dan sepanjang hari ia pasti sangat sibuk dengan pelayanannya di antara orang Israel. Satu kelemahan dan kesalahan Samuel adalah ia tidak dapat membimbing anak-anaknya.

Dan inilah yang banyak dialami keluarga hamba-hamba Tuhan juga keluarga-keluarga Kristen pada umumnya.  Ayah dan ibu sangat hebat di luar tetapi keluarga sendiri terabaikan. Ini merupakan tantangan besar bagi anak-anak Tuhan khususnya para pelayan Tuhan seperti imam Eli dan Samuel.

Menjadi pelayan Tuhan itu sangat berat karena ia tidak saja dituntut untuk memiliki berbagai kualifikasi dalam hubungannya dengan Tuhan: seperti hidup kudus, saleh, juga memiliki kualifikasi dalam hal-hal yang berhubungan dengan sesama: terhormat, tidak pemarah tetapi peramah , tidak bercabang lidah, rendah hati, dan sebagainya. Serta kualifikasi dalam  hal yang berhubungan dengan diri sendiri: seperti disiplin, dapat menguasai diri, bukan hamba uang, bukan peminum.

Tetapi para pelayan Tuhan kadang membuat kesalahan dengan berpikir bahwa tugas yang mereka emban begitu penting sehingga mengabaikan keluarga.

Karena itu Rasul Paulus dalam 1 Timotius 3:1-11 menekankan kualifikasi yang berhubungan dengan keluarga:  dapat mengurus keluarga dengan baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.  Semua kualitas yang dicatat di situ tidak hanya berlaku bagi para penatua dan diaken di gereja saja tetapi  semua  pengerja  gereja termasuk pendeta atau pemimpin rohani secara umum. Jika seorang tidak bersedia memelihara, mendisiplin dan mengajar anak-anaknya, ia tidak memenuhi syarat sebagai pemimpin rohani.

Inspirasi : Kepemimpinan rohani diawali di rumah. Jangan biarkan pelayanan saudara menurunkan nilai dan tanggung jawab saudara dalam keluarga. Keluarga adalah tumpuan lompatan pelayanan saudara. (R)

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response