Bacaan : 1 Samuel 2: 27 -36
“Mengapa engkau memandang dengan loba kepada korban sembelihan-Ku dan korban sajian-Ku, yang telah Kuperintahkan, dan mengapa engkau menghormati anak-anak-Mu lebih dari pada-Ku…?” ( 1 Samuel 2 : 29)
Jika kita membaca kitab 1 Samuel, kita akan menemukan bahwa kitab ini penuh dengan tokoh-tokoh yang mengawali tugasnya dengan baik tetapi rata-rata akhir hidup mereka cukup tragis.
Sepanjang hidupnya, Eli adalah seorang pelayan Tuhan. Seorang imam yang dipilih oleh Allah secara khusus untuk melayani di Bait Allah. Tanggung jawabnya pastilah besar dan berat. Ia mengawasi sistim peribadatan di Israel, yang merupakan jemaat yang sangat besar. Dan ia juga membawahi para imam yang melayani di pelataran, ruang kudus, mengatur persembahan, serta para imam yang tugasnya memuji Tuhan di Bait Allah, juga tugas-tugas lainnya.
Sayangnya tanggung jawab besar yang dilakukan imam Eli dalam pelayanan kepada Allah tidak disertai dengan tanggung jawab dalam rumah tangganya sendiri. Sebagai orang tua, Eli telah gagal mendisiplin anak-anaknya ketika ia tahu mereka melakukan hal yang salah. Di dalam Alkitab memang tidak diceritakan tentang istri Eli, ibu dari Hofni dan Pinehas yang seharusnya menolong imam Eli dan menjadi partner dalam membimbing anak-anak mereka.
Banyak orang dapat memimpin perusahaan yang besar, memimpin ribuan jemaat dan memiliki pelayanan yang hebat tetapi tidak dapat memimpin unit paling kecil – yaitu keluarganya. Eli bukan hanya seorang ayah yang mengatasi anak-anaknya yang memberontak, tetapi ia juga seorang imam besar yang mentolerir kejahatan para imam yang ada di bawah kepemimpinannya.
Dalam ayat 29 dikatakan bahwa Eli lebih menghormati anak-anaknya daripada Allah dengan cara membiarkan mereka terus hidup dalam dosa. Ketika anak-anak masih kecil kita dapat mendidik/mendisiplin dan mengarahkan mereka. Seperti pohon yang masih muda akan mudah jika kita arahkan dan bentuk.
Tetapi jika mereka sudah dewasa akan menjadi lebih sulit. Karena itu jangan terlambat mengarahkan dan mendisiplin anak-anak kita. karena menyesal dikemudian hari tidak ada gunanya.
Motivasi: Apakah ada situasi dalam hidup saudara, keluarga, pekerjaan yang perlu dibereskan? Ataukah saudara diam saja walaupun mereka jelas salah? Minta hikmat Tuhan supaya saudara dapat mengatakannya kepada mereka. Jika tidak, saudara sama salahnya dengan mereka yang melakukan hal yang salah atau jahat tersebut.(R)
Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :
Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :