Renungan

PENGAMPUNAN YANG TULUS

104views

Bacaan : Kejadian 45:1-5, 14,15

Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia. (Kejadian 45 : 15)

Dalam perjalanan hidupnya Yusuf mengalami banyak penderitaan ketika dia dijadikan sebagai anak kesayangan bapanya. Mungkin saudara berpikir bahwa anak kesayangan kok, mengalami penderitaan? Harusnya dia menikmati sukacita, damai sejahtera dan kemudahan dalam berbagai hal. Namun penderitaan di sini adalah penderitaan yang dimulai dari penderitaan batin oleh Yusuf karena dia dibenci oleh saudara-saudaranya, diperlakukan secara tidak ramah, secara khusus oleh para kakak tirinya ketika ayah mereka tidak memperlakukan mereka secara baik
(Kejadian 37:3).

Kita juga dapat merasakan penderitaan batin ketika orang-orang di sekitar kita mulai membenci dan mengata-ngatai kita, bukan?  Apalagi ketika Yusuf bermimpi sesuatu hal yang merupakan hal yang mustahil bagi kakak-kakaknya dan ayahnya, bahwa semua saudaranya bahkan kedua orang tuanya suatu kelak akan sujud menyembahnya, makin bertambahlah kebencian mereka terhadapnya.

Makanya pada suatu waktu ketika dia disuruh oleh ayahnya untuk mengunjungi kakak-kakaknya, mereka berniat untuk membunuhnya. Saya yakin pada waktu itu Yusuf meronta-ronta untuk melepaskan diri; tapi apa daya dia hanya seorang diri sedangkan kakak-kakaknya ada sepuluh orang. Akhirnya dia dibuang di sumur dan setelah itu dijual kepada saudagar-saudagar Midian yang kemudian membawanya ke Mesir.

Tidak cukup sampai di situ. Di Mesir pun dia dijual kepada Potifar. Dalam hal ini Yusuf diperlakukan seperti budak; jadi semakin bertambahlah penderitaannya. Di rumah Potifar pun dia difitnah oleh istri Potifar dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. What a suffering! Luar biasa penderitaan yang dialami akibat ulah para kakak-kakak tirinya.

Akan tetapi pada akhirnya setelah Yusuf menjadi orang kedua di Mesir, dan ketika kakak-kakaknya datang kepadanya, dia dengan hati yang tulus mau mengampuni mereka. Padahal secara manusiawi itu adalah kesempatan terbaik untuk membalas dendam terhadap mereka, tetapi tidak dilakukannya.  Malah dia berkata, “Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Sebagai tanda pengampunannya dia mencium semua saudara-saudaranya dengan mesra dan sambil menangis ia memeluk mereka.

Kalau saudara dihadapkan dengan kehidupan seperti ini, kira-kira apa respons saudara? Adakah orang-orang yang pernah menyakiti hati saudara dan sampai saat ini saudara masih menyimpan akar pahit terhadap orang-orang itu dan tidak mau mengampuninya? Ingat, firman Tuhan dalam Matius 6:14 berkata, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Inspirasi : Saat ini adalah kesempatan yang tepat untuk mengambil tindakan yang tepat seperti Yusuf. Minta pertolongan Tuhan untuk melembutkan hati saudara yang keras sehingga saudara dapat mengampuni dengan hati yang tulus. (Denny Kawenas).

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response