Bagi beberapa orang, Natal bukanlah seperti lagu ‘It’s The Most Wonderful Time of the year”.
Aku berumur 16 tahun ketika aku merasa Natal kehilangan ‘indahnya’. Tak seorang pun tahu, betapa sedihnya aku saat itu. Budaya kami, pada masa Natal berkumpul bersama keluarga menjadi sumber kedamaian, kegembiraan dan cinta. Musik dan iklan menandai masa Natal sebagai “ceria dan cerah”. Tetapi ketika keluarga adalah sumber dari rasa sakit terdalam Saudara, apakah perlu berpura-pura gembira sehingga mirip dengan semangat Natal?
Berfokus pada keluarga hanya menekankan apa yang rusak dan tidak ada dalam hidupku. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh perceraian orang tuaku semakin meningkat saat itu. Masa yang dianggap dapat menyembuhkan jiwaku justru menjadi seperti garam pada lukaku.
Di tahun ketika aku mengundang Yesus masuk ke dalam hidupku dan percaya bahwa Dia telah menebus dosa-dosaku, Natal memiliki arti yang sama sekali baru. Aku tersentuh oleh kebaikan Tuhan yang membawa Yesus ke dunia kita dengan cara yang begitu rendah, sehingga manusia sepertiku dapat mengenal Dia. Setelah bertahun-tahun mengalami Natal yang ‘menyakitkan’, aku menemukan kegembiraan sejati pada masa Natal.
Tetapi bahkan di tengah kegembiraan yang baru ditemukan, aku tetap saja merasa sedih. Keluargaku tidak melihat Natal seperti aku melihatnya sekarang. Mereka secara pribadi tidak memahami betapa sulitnya kelahiran Kristus. Mereka melakukan kebiasaan Natal yang sakral itu tetapi tidak memahami apa yang membuatnya sakral. Hal itu menyedihkan hatiku.
Dan aku bukanlah satu-satunya. Banyak orang tidak bisa menikmati Natal. Siapa dalam hidup Saudara yang mungkin merasa sedih pada masa Natal? Berikut cara-cara untuk menunjukkan kasih kita kepada mereka yang mengalami masa-masa sulit:
Doakan: Agar mereka bebas untuk berduka atas kesedihan/ kehilangan yang mereka rasakan pada saat orang lain bergembira.
Tanyakan: Ciptakan ruang bagi teman-teman Saudara yang terluka untuk berbagi kesedihan mereka. Tanyakan tentang perasaan mereka selama masa Natal ini. Meskipun mungkin sulit bagi mereka untuk berbagi, jika mereka mengetahui bahwa ada orang lain yang telah memikirkan situasi yang mereka alami akan sangat menolong.
Tunjukkan: Beritahu mereka bahwa Saudara tidak melupakan mereka. Saudara tidak perlu melakukan sesuatu yang mewah. Mengirim teks singkat pada hari Natal yang mengatakan bahwa Saudara sedang mengingat atau berdoa bagi mereka akan sangat berarti bagi teman yang sedang sedih/ berduka.
Tapi bagaimana jika Saudaralah yang berduka? Tahan kebohongan bahwa Saudara harus menyembunyikan semuanya dan menjadi gembira dan ceria. Cobalah terbuka kepada orang yang Saudara percayai. Tahun ini, aku tidak akan menyembunyikan rasa sedih/ dukaku di bawah kemewahan Natal. Teman-temanku perlu tahu – dan mungkin ingin tahu – betapa beratnya masa Natal ini bagiku.
Yang terpenting, bagikan beban Saudara kepada Tuhan. Dia tahu kesedihan Saudara dan tidak akan menganggapnya negatif atau akan merasa canggung. Dia tidak akan berpaling atau membungkam mereka yang berduka. Dia rindu untuk memeluk yang patah hati. Berlarilah ke dalam pelukan-Nya dan temukan keajaiban dalam kenyamanan-Nya pada masa-masa yang mungkin terasa tidak begitu indah.
(Mat 11:28) “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Oleh: Lillian Cain dan Alison Wilson, diterjemahkan oleh RS.
Diambil dari: https://www.cru.org/us/en/blog/life-and-relationships/holidays/for-some-not-most-wonderful-time-of-year.html
Jika saudara diberkati dengan Artikel di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :
Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :