Kampus

APAKAH ENGKAU TETAP MENCINTAIKU…. ?

126views

Apakah engkau akan tetap mencintaiku, jika benar-benar mengenalku? 

Seorang gadis remaja mendekati saya di sebuah acara di mana saya berbicara tentang pelajaran mengenai seks dan pornografi. Dia kemudian maju dan memberikan kepada saya sticky notes. Di bagian depan catatan itu tertulis, “Aku mengirim gambar-gambar telanjang kepada pacarku. Lalu dia memutuskan hubungannya denganku. Untuk membalasnya, aku mengirim gambar-gambar tersebut kepada dua teman baiknya.” Di belakang catatan tesebut, dia menulis empat kata, “AKU MERASA PUTUS ASA.”

Pernahkah saudara memikirkan sesuatu seperti ini:

Jika orang lain benar-benar tahu apa yang telah saya lakukan, siapa saya sebenarnya, mereka mungkin tidak akan benar-benar mencintai saya.

Ini adalah pesan inti dari rasa malu: orang tidak bisa mencintai diri saudara seutuhnya. 

Saudara hidup di dunia yang dibentuk oleh rasa malu, apakah itu harapan dari keluarga saudara dan tekanan teman sebaya dari kelompok sosial, atau filter di media sosial yang saudara gunakan untuk berbagi foto.

Pernahkah saudara merasa perlu menjadi seseorang atau sesuatu selain diri saudara yang sebenarnya agar dapat diterima?  Itu adalah bentuk rasa malu dengan nama yang berbeda. Saudara berusaha keras untuk menyembunyikan kekurangan dan kegagalan. Saudara tidak sendiri. Saudara ingin dikenal, tetapi saudara takut dikenal karena siapa saudara sebenarnya. Saudara tidak sendiri.

Saudara memasang tembok agar orang tidak tahu siapa saudara sebenarnya. Saudara tidak sendiri. Rasa malu pada dasarnya adalah krisis identitas. Orang percaya, bahwa pada intinya mereka tidak layak mendapatkan cinta dan tidak mampu berbuat baik.  Ketika sampai pada rasa malu yang disebabkan oleh pergumulan seksual kita, banyak kali hal itu berkaitan dengan cara kita diajarkan tentang seks. Ini masalahnya:

Seksualitas yang sehat tidak dapat berakar pada rasa malu. Hal itu tidak mungkin.

Seksualitas yang sehat berakar pada keintiman yang membutuhkan rasa aman.

Keintiman adalah mengenal dan mempercayai orang lain secara mendalam. Rasa malu justru sebaliknya. Rasa malu dan keintiman tidak dapat hidup berdampingan.

Untuk mengalami seksualitas secara penuh, bersemangat, dan sehat, saudara harus berperang melawan rasa malu.

Ketika saudara berjuang atau membuat pilihan buruk, rasa malu mengatakan, “sembunyikan”. Rasa malu mengatakan, “lindungi dirimu, berpura-puralah.”

Begitulah awal mulanya sejak manusia mulai berjuang dengan rasa malu. Di Taman Eden, ketika Adam dan Hawa tidak menaati perintah Allah, tanggapan langsung mereka adalah rasa malu. Mereka benar-benar bersembunyi dari Tuhan. Manusia telah melakukan hal yang sama sejak itu, terutama dalam hal seksualitas.

Rasa malu akan hal yang berbau seksual memasuki hidup kita dalam banyak hal. Terkadang itu karena pilihan yang kita buat, tetapi itu juga bisa disebabkan oleh tindakan orang lain. Apakah saudara tumbuh dalam keluarga di mana seks dibicarakan sebagai sesuatu yang kotor atau berbahaya? Apakah seks justru sering kali dibicarakan? Jika tidak, keheningan itu mengajarkan saudara bahwa seks terlalu tabu atau memalukan untuk didiskusikan.

 Mungkin saudara pernah mengalami pelecehan seksual. Sebagai hasil dari tindakan memalukan orang lain, saudara mungkin bertanya-tanya apakah saudara dapat benar-benar dicintai walalupun saudara telah ‘dirusak’.

Apa yang dilakukan rasa malu terhadap saudara?

  • Rasa malu mengatakan, bahwa orang-orang di sekitar saudara tidak akan pernah tahu siapa saudara sebenarnya, dan dalam perjalanan waktu saudara mulai menutup atau mengisolasi diri .
  • Rasa malu adalah ramalan yang terjadi karena saudara menganggap orang tidak akan menerima saudara, jadi saudara melindungi diri agar tidak dikenal untuk menghindari penolakan.
  • Rasa malu membuat saudara menolak keintiman, juga secara seksual kelak dengan pasangan atau justru sebaliknya. Ketika orang-orang pergi, saudara bisa membenarkan diri karena tidak mempercayai mereka.

Hubungan seksualitas yang sehat membutuhkan keintiman yang otentik. Kalau tidak, seks hanyalah tindakan fisik kosong, yang dirancang untuk mengejar kesenangan sementara atau rasa aman yang salah.

Keintiman dan rasa malu tidak dapat hidup berdampingan. 

Terkadang orang mencoba untuk menghapus rasa malu mereka dengan memindahkan diri mereka dari gereja, keluarga dan tempat-tempat lain yang dapat  mengingatkan mereka akan perasaan negatif mereka.

Rasa malu pada dasarnya bersifat mengisolasi. Saudara tidak dapat mengatasi rasa malu dengan mengisolasi diri sendiri.

Rasa malu diatasi dengan hubungan jujur dengan orang lain.

Jika saudara berjuang dengan rasa malu yang berakar pada pilihan seksual saudara sendiri atau tindakan orang lain, langkah pertama menuju penyembuhan adalah jujur. Beritahu seseorang. Hal itu bisa menjadi prospek yang menakutkan sehingga sangat penting untuk mencari orang yang dapat dipercaya di mana saudara merasa aman untuk bercerita.

Bagaimana saudara dapat mengenali orang atau komunitas yang aman sebagai tempat untuk berbagi? 

  1. Menjaga kerahasiaan. Ini bisa bersifat formal, seperti perjanjian kerahasiaan dalam kelompok pemulihan seksual. Atau informal, seperti jaminan dari seseorang bahwa mereka tidak akan membagikan perjuangan/ apa yang saudara alami kepada orang lain. Berpikir dua kali sebelum mengaku pada seseorang yang tidak pernah terbuka dengan saudara tentang diri mereka sendiri.

Jika saudara memilih untuk mendekati seorang konselor atau pemimpin gereja, prinsip kerahasiaan tentu perlu diterapkan; tetapi saudara mungkin ingin mengklarifikasi pengecualian yang mungkin dapat mereka buat (misalnya, jika perilaku saudara berpotensi ilegal atau membahayakan diri sendiri atau orang lain).

  1. Penyembuhan dari pergumulan seksual tidak pernah sesederhana pengakuan satu kali. Saudara membutuhkan seseorang atau sekelompok orang yang akan menjalani proses dengan saudara selama periode waktu yang lebih lama. Beberapa orang menyebutnya sebagai akuntabilitas. Dua panggilan telepon yang singkat tidak akan dapat menyembuhkannya, ini membutuhkan waktu.
  1. Kejujuran. Rasa malu takut dengan kejujuran. Dalam rasa malu saudara mungkin mencari komunitas di mana saudara bisa “curhat” dan merasa didukung. Yang saudara butuhkan adalah tempat di mana saudara dapat memproses pikiran dan perasaan dengan cara yang menuntun saudara ke arah penyembuhan sejati. Apakah orang-orang di komunitas saudara jujur tentang diri mereka sendiri? Apakah mereka mau jujur dengan saudara, bahkan jika saudaraa mungkin tidak menyukainya? Jika tidak, saudara mungkin perlu menemukan komunitas baru.

Rasa aman adalah sesuatu yang tidak bisa dinegosiasikan, orang perlu bersikap  jujur/tulus satu terhadap yang lain. Apakah komunitas pilihan saudara terdiri dari orang-orang yang dapat dipercayai? Apakah mereka saling mempercayakan/ berbagi tentang hal-hal nyata? Jika ya, saudara dapat melakukan hal yang sama juga.

Rasa malu diatasi dengan bersikap jujur tentang rasa sakit yang saudara alami dan perjuangan khusus yang saudara lakukan. Jangan mencoba melakukan hal ini sendirian. 

Setelah ini Bagaimana?

  • Daftarkan orang atau kelompok, di mana saudara dapat bersikap terbuka terhadap mereka, sesuai dengan kriteria di atas.
  • Pilihlah orang atau kelompok yang paling memenuhi kriteria tersebut. Buat komitmen untuk bertemu dengan orang tersebut atau menghadiri pertemuan kelompok dengan komunitas yang saudara pilih.
  • Baca artikel selanjutnya,”Apakah Kita Perlu Memberitahu Orang Lain?”

Oleh: Jessica Harris (Diterjemahkan oleh RS)

https://www.cru.org/us/en/train-and-grow/life-and-relationships/women/desire/1-how-could-you-love-me-if-you-really-knew-me.html

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response