Kampus

BAGAIMANA MENGHINDARI KELELAHAN YANG AMAT SANGAT

173views

 Sebuah Pergeseran Perspektif

Bagaimana Saudara dapat menghindari burnout ?

  • Apa visi Saudara dalam membangun hubungan dengan Tuhan?
  • Dapatkah Saudara datang kepada-Nya dengan apa adanya? Apakah Saudara melihat diri sendiri seperti Ia memandang Saudara?
  • Seperti apa rasanya menjalani kehidupan dan melayani bersama-Nya, beristirahat dalam kasih-Nya?
  • Mintalah pada-Nya untuk membuka hati Saudara dan mempercayai kasih-Nya.
  • Bacalah lebih banyak tulisan tentang bekerja dan beristirahat.

Saya selalu ingat saat-saat saya membenci pekerjaan saya dalam pelayanan.

Aktivitas dan acara-acara yang tiada henti, orang-orang yang keluar masuk rumah Saudara, kurangnya waktu dengan pasangan Saudara, anak-anak atau sahabat.

Yang lebih sering terlintas dalam pikiran suram saya adalah kapan saya bisa menikmati waktu untuk diri saya sendiri. Saat pertama kali saya mendapati diri saya merasakan seperti ini, saya tidak mengerti bahwa alasan sebenarnya adalah karena saya tidak memiliki sudut pandang Tuhan atas pekerjaan dan waktu istirahat.

Tumbuh di Amerika Serikat, saya dibesarkan dengan nilai-nilai bisnis, produktivitas dan bahkan ketergesa-gesaan. Istirahat adalah untuk orang lemah yang membutuhkan, saya tidak termasuk di dalamnya.

Apa yang saya dengar di gereja dan budaya Kristiani adalah “mati untuk diri sendiri,” “melihat orang lain lebih penting daripada diri anda sendiri,” “mengorbankan diri Saudara demi Kristus.” Semua prinsip alkitabiah yang baik ini diaplikasikan melalui jaringan budaya “kesuksesan” yang saya sebutkan di atas, tanpa menyebut istirahat secara alkitabiah. Tak heran burnout (Kelelahan yang amat sangat) adalah realitas yang umum bagi banyak orang yang bekerja dalam pelayanan, baik relawan maupun sepenuh waktu.

Jadi ketika pengalaman burnout saya terjadi, setelah kami bersama-sama sebagai staf dalam Cru selama 20 tahun dan melayani sebagai direktur kampus di Venezuela, saya tidak mengerti bagaimana saya bisa tiba di tempat yang teramat gelap ini.

Untunglah, Tuhan mempertemukan saya kembali dengan seorang teman lama, seorang mantan staf Cru, saat ini masih melayani sebagai pemimpin rohani. Dia menanyakan apa yang sedang saya alami bersama Tuhan.

Jawaban saya : Tuhan terasa jauh dan diam. Kemudian teman saya bertanya apa visi saya dalam hubungan saya dengan Tuhan.

Tak ada yang pernah mengajukan pertanyaan itu kepada saya sebelumnya. Sebaliknya, banyak yang menanyakan kepada saya tentang visi saya dalam pelayanan. Ketika saya menjawab bahwa saya ingin mengalami kasih-Nya setiap hari dan bertumbuh dalam keintiman dalam hubungan saya dengan-Nya, dia bertanya akankah itu terjadi saat ini dengan cara saya menjalani hidup. Dan saya segera menjawab, tidak mungkin terjadi. Itulah saat saya menyadari bahwa ini tidak akan menjadi sekedar penyesuaian kecil dalam jadwal saya akan tetapi pergeseran radikal dalam bagaimana saya berpikir tentang diri saya, hidup saya, pelayanan dan Tuhan.

Perubahan yang terjadi sejak saat itu :

  1. Bagaimana saya melihat diri saya sendiri – Belajar memberi perhatian pada siapa saya dan apa yang cenderung menggerakkan saya – gairah saya pada pengalaman-pengalaman baru, kecenderungan saya untuk selalu menyenangkan orang lain dan menerima penghargaan dari kesuksesan pelayanan – menolong saya datang pada Tuhan dengan kejujuran. Hingga kemudian saya dapat melihat siapa diri saya di mata-Nya, bahwa saya adalah anak yang dikasihi-Nya. Siapa yang saya dahulukan, dan bernilai lebih daripada apa yang saya hasilkan.
  2. Cara pandang saya tentang fokus hidup saya – Mengingat keinginan mendalam diri saya yang “nyata” untuk terhubung dengan Tuhan yang “nyata”, saya membutuhkan banyak ruang. Jadi, dalam jadwal mingguan, bulanan dan tahunan saya, saya berniat untuk menyediakan waktu bersama Tuhan dan bertumbuh dalam keintiman dengan-Nya. Saya belajar untuk mengatakan “tidak” pada ketergesa-gesaan dan melakukan segala sesuatu hanya karena saya merasa “harus,” dan saya belajar untuk beristirahat dalam kasih-Nya.
  3. Cara pandang saya tentang pelayanan – Selagi saya tinggal dan berdiam dalam kasih-Nya, saya bisa bekerja dan melayani BERSAMA-Nya, bukan hanya UNTUK-Nya, dan Dialah yang menghasilkan buah.
  4. Cara pandang saya akan Tuhan – Ia adalah Bapa yang terkasih, dan saya ingin bertumbuh dalam hasrat saya akan Tuhan lebih dari yang lainnya. Ia mengundang saya untuk bersama-Nya dan membangun kerajaan-Nya DENGAN-Nya setiap hari.

Oleh: Sheri Onishi (Translated by Anna)

https://www.cru.org/us/en/train-and-grow/life-and-relationships/work-and-rest/how-to-avoid-burnout-a-shift-in-perspective.html

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response