Kampus

KARENA KASIH KEPADA MURID

138views

KARENA KASIH KEPADA MURID 

Gereja di Tesalonika terlihat sehat dan bertumbuh, tetapi ada bukti bahwa beberapa orang di gereja telah berupaya untuk melemahkan otoritas Paulus dengan meragukan kesungguhan kasih dan komitmennya kepada gereja yang ia dirikan.

Bagian Alkitab ini menyampaikan pembelaan Paulus akan ketulusan kasihnya, dan pada saat yang sama memberikan salah satu garis besar terbaik yang ditemukan dalam Firman Tuhan tentang hati, motivasi dan kegiatan yang terdapat dalam pemuridan.

Rela Berkorban

“Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia. Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.  Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.” (2 Tesalonika 2:1-3)

Paulus mulai dengan memberi tahu orang-orang di Tesalonika bahwa kunjungan pertamanya ke Tesalonika bukanlah suatu kebetulan. Rupanya, salah satu rumor yang beredar adalah bahwa Paul tidak pernah benar-benar berniat mengunjungi kota tersebut.

Pembelaan pertama Paulus atas komitmennya kepada mereka adalah untuk mengingatkan mereka tentang pengorbanan dan risiko yang ia tanggung saat memberitakan Injil kepada mereka. Jika kita menelusuri kisah dalam Kisah Para Rasul 16, mungkin tidak lebih dari seminggu sebelum kunjungannya ke Tesalonika, Paulus telah dipukuli habis-habisan di Fillipi. Dia mungkin belum pulih 100% secara fisik ketika dia tiba. Mungkin ia masih merasakan sakit karena siksaan/pukulan hebat karena imannya, Paulus mempertaruhkan nyawanya atas kemungkinan terjadinya siksaan/pukulan lain ketika memberitakan Injil di Tesalonika.

Ketika pasal ini berlanjut, kita dapat mulai mengerti dengan lebih baik adanya beberapa dugaan terhadap Paulus. Rupanya dia dituduh tidak lebih dari seorang penipu agama yang telah memenangkan hati orang-orang Tesalonika dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan finansial dari mereka.

Abad pertama jelas jauh lebih religius daripada abad ke-21, di mana sebagian besar orang percaya pada dewa – dewa. Akibatnya, para penipu agama, tidak jarang guru-guru palsu dan orang bijak sering datang ke kota memperkenalkan filsafat atau pengajaran-pengajaran baru.

Banyak dari mereka mencari pengikut yang mau – keserakahan adalah motivasi utama. Dengan latar belakang ini, tuduhan atau desas-desus tentang motivasi Paul tampaknya tidak berlebihan, tetapi penting bagi Paulus untuk mengklarifikasi hal tersebut. 

Sedia Mengatakan Kebenaran

“Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. Karena kami tidak pernah bermulut manis–hal itu kamu ketahui–dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi–Allah adalah saksi — juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.” (2 Tesalonika 2:4-6)

Paulus meminta orang-orang Kristen untuk mengingat bagaimana ia tidak pernah bermulut manis, tetapi sebaliknya mengatakan kepada orang-orang tentang kebenaran, bahkan jika itu sulit untuk didengar. Maksud Paulus adalah bahwa saudara dapat mengenal seseorang yang benar-benar mengasihi saudara jika mereka mau mengatakan hal-hal sulit kepada saudara: mengatakan yang sebenarnya untuk kebaikan saudara bukan pujian yang dimotivasi untuk kepentingan sendiri.

Pelajaran kedua yang kita pelajari di sini tentang pemuridan, adalah bahwa dibutuhkan keberanian untuk mengatakan kebenaran ke dalam kehidupan orang Kristen yang belum dewasa. Setiap orang memiliki “titik buta,” bidang-bidang yang kurang berkembang, sering melakukan dosa yang sama, atau karakter yang belum bertumbuh. Salah satu peran seorang pemimpin kelompok pemuridan adalah dengan penuh kasih membuat seseorang sadar akan bidang-bidang ini. Itu membutuhkan keberanian karena seringkali kebenaran seperti itu ditanggapi dengan perlawanan atau bahkan pembalasan.

Penting bahwa hal itu harus didasari oleh kasih dan perhatian yang sungguh. Pemimpin kelompok pemuridan harus melihat bahwa Allah telah mempercayakan orang percaya ini kepada mereka dan memberikan pemimpin kelompok pemuridan tanggung jawab untuk jujur ​​tentang bidang-bidang pertumbuhan yang diperlukan dalam kedewasaan dan kekudusan orang-orang yang sedang dimuridkan. Seperti yang disebutkan Paulus dalam bagian ini, mungkin penghalang terbesar adalah keinginan kita untuk disukai/disenangi oleh orang lain. Paulus mengatakan bahwa seorang pemimpin kelompok pemuridan harus lebih peduli dengan menyenangkan hati Tuhan daripada manusia.

Sedia ‘merawat’ murid dan terbuka (dengan kelemahan sendiri) 

“Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.” (2 Tesalonika 2:7-8)

Di sini, Paul mejelaskan dua hal lagi untuk mendukung klaimnya bahwa ia mengasihi mereka dengan tulus. Dia mengingatkan mereka bagaimana dia memelihara mereka dan merawat mereka seperti seorang ibu yang merawat anak-anaknya. Metafora seorang ibu mengingatkan gambar pengasuhan, yang dilakukan dalam pemuridan melalui mengajarkan dasar-dasar iman.

Pemuridan harus berisi pengajaran penting tentang apa yang telah dilakukan Kristus bagi mereka, dan bagaimana mereka bertumbuh dalam hubungan mereka dengan-Nya. LPM memiliki kurikulum bimbingan lanjutan dasar untuk ini. Kurikulum ini tidak komprehensif tetapi merupakan materi yang telah dipersiapkan dengan baik.

Selanjutnya, Paulus mengatakan bahwa ia “senang untuk membagikan bukan hanya Injil Allah tetapi juga kehidupannya.” Ia menggarisbawahi ketulusan kasihnya dengan mengingatkan mereka tentang bagaimana ia membuka hidupnya sendiri untuk mereka, dan rentan sebagai seorang tinggal di antara mereka. Kerentanan adalah ciri ketulusan – memberi orang lain undangan untuk memasuki hidup saudara, ketika saudara telah memasuki kehidupan mereka.

Salah satu cara terbaik untuk mengundang orang lain untuk membuka kehidupan rohani mereka dengan saudara, sehingga saudara dapat membantu mereka bertumbuh, adalah saudara perlu membuka hidup saudara, baik perjuangan juga kemenangan, kepada mereka. Dalam banyak hal, menggunakan kehidupan saudara sendiri sebagai contoh, menunjukkan kepada seorang yang belum dewasa secara rohani seperti apa berjalan bersama Kristus. Semakin jujur dan transparan saudara, semakin baik contoh yang mereka lihat untuk mereka teladani.

Karena itu, penting untuk membagikan kepada seorang yang belum dewasa secara rohani apa yang sedang Tuhan ajarkan kepada saudara, apa yang saudara pelajari dalam Alkitab, dan bagaimana saudara sendiri menghadapi godaan, cobaan, dan tantangan dalam iman.

Segala Sesuatu Dimotivasi oleh Kasih 

“Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.” (1 Tesalonika 2:9-11)

Pada bagian ini, Paulus menambahkan tiga hal penutup untuk argumennya. Pertama, dia memberitahu mereka bahwa dia bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri, memilih untuk tidak mengambil uang atau apapun dari mereka. Singkatnya, dia mengingatkan mereka bahwa hubungannya dengan mereka tidak pernah dimaksudkan untuk keuntungan pribadi. Semua yang dia lakukan untuk pertumbuhan mereka dimotivasi oleh kasihnya kepada mereka.

Berikutnya, Paulus mengingatkan cara hidup yang ia jalani di antara mereka. Dia menjalani kehidupan yang “suci, benar, dan tak bercela” di hadapan mereka sehingga tidak akan ada ruang bagi siapa pun untuk meragukan integritasnya. Jelas kita dapat belajar dari kegagalan dan kelemahan orang lain, namun contoh perubahan yang paling kuat adalah hal-hal yang positif.

Pemuridan yang baik, meningkatkan pentingnya menjaga hidup kita sendiri dari dosa. Ini juga memberikan motivasi untuk meneladani iman yang berani dalam penginjilan dan pelayanan untuk menjadi contoh positif bagi orang Kristen yang lebih muda. Terakhir, ini mendorong kita untuk bertumbuh dalam hubungan kita sendiri dengan Kristus, untuk menyediakan makanan rohani dan wawasan yang kemudian dapat kita bagikan dengan orang lain.

Orang dewasa sering diharapkan bahwa  dengan memiliki anak sendiri dapat  bertumbuh dalam   kematangan dan karakter yang lebih baik. Dinamika yang sama juga terjadi ketika menjadi seorang pemimpin kelompok pemuridan bagi orang Kristen yang  belum dewasa.

Akhirnya, dia membuat metafora bagaimana tugas seorang ibu dan menambahkan bahwa dia juga bertindak sebagai ayah rohani yang mengasihi mereka, mendesak dan mendorong mereka untuk menjalani kehidupan yang kudus. Gambar yang dilukiskan dengan  “desakan, dorongan, dan penghiburan” adalah gambar seorang pelatih: seseorang yang berusaha mendorong dan memotivasi orang lain ke tingkat kompetensi yang lebih besar.

Sarana untuk memotivasi yang diterapkan oleh seorang pelatih adalah mendesak dan mendorong untuk berjuang mencapai keunggulan, dan menghibur ketika jalannya sulit atau mengecewakan. Sangatlah penting dalam hubungan pemuridan untuk melihat diri sendiri sebagai pelatih, yang memberikan pemikiran dan upaya besar untuk membantu orang lain agar unggul/bertumbuh dalam perjalanan mereka bersama Kristus.

Menjadi pelatih yang baik membutuhkan waktu dan latihan; belajar membedakan ketika seseorang perlu didorong dan ditantang, dan ketika mereka hanya perlu dihibur. Pemimpin kelompok pemuridan yang baik, seperti pelatih yang baik, belajar membedakan kapan tiap hal tersebut perlu diterapkan dalam pemuridan.

Bagaimana Memulai

Salah satu hambatan besar untuk membentuk kelompok pemuridan adalah tidak tahu bagaimana memulainya. Tampaknya agak canggung ketika berpikir untuk mendekati seorang yang belum dewasa secara rohani dan bertanya, “Bisakah saya memuridkan kamu?”

Seringkali tempat terbaik untuk memulai adalah dengan hanya mengawali suatu pertemuan. Tanyakan kepada orang tersebut apakah ia ingin berkumpul bersama untuk makan siang. Selama pertemuan pertama itu ajukan pertanyaan tentang perjalanannya dengan Kristus dan perlihatkan minat saudara pada mereka, mungkin menanyakan bagaimana saudara dapat berdoa untuk mereka.

Terbuka dan membagikan apa yang terjadi dalam kehidupan Kristen saudara. Sebelum pertemuan pertama berakhir, sarankan untuk bertemu bersama setiap minggu “untuk melanjutkan, makan, dan sharing tentang Friman Tuhan.”

Saat saudara bertemu untuk kedua kalinya bawalah materi pembinaan. Luangkan waktu hanya untuk berbicara dan pada satu titik keluarkan bahan pembinaan dan katakan, “Saya tidak yakin dari mana kita akan mulai tetapi saya mengambil salah satu bahan ini dan berpikir materi ini mungkin sesuatu yang baik untuk memulai.” Kemudian luangkan waktu dan jalani.

Seperti kencan pertama saudara mungkin tidak bisa menghilangkan semua kecanggungan. Ini adalah salah satu cara bagaimana saudara berkorban untuk membantu orang Kristen lain bertumbuh, seperti Paulus yang “berani” berbagi dengan orang Tesalonika. Kecanggungan pada pertemuan pertama itulah yang membuat jutaan orang Kristen yang belum dewasa tidak pernah dimuridkan.

Ketidaknyamanan memudar setelah pertemuan pertama dan apa yang terjadi adalah hubungan yang kuat yang bisa menjadi katalisator bagi kehidupan rohani saudara berdua. Namun ini hanya dapat terjadi jika saudara bersedia mengambil langkah pertama untuk memulai.

Oleh Rick James ( staf di Cru selama lebih dari 25 tahun dan melayani sebagai penerbit CruPress) 

(Diterjemahkan oleh RS)

Diambil  dari : https://www.cru.org/us/en/train-and-grow/help-others-grow/discipleship/for-the-love-of-a-disciple.html

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response