Komunitas

APAKAH ANDA BERISTIRAHAT ?

233views

Istirahat adalah konsep yang menarik.

Tentunya Yesus tidak bermaksud hanya beristirahat secara fisik, karena para murid terus bekerja. Yesus bahkan mengutus mereka dalam perjalanan untuk melayani dan melayani.

Jadi keletihan dan rasa penat yang Ia bicarakan ini pasti lebih dari sekedar kelelahan karena hari panjang atau malam tanpa tidur.

Pernahkah Saudara memperhatikan bahwa ada berbagai jenis istirahat? Ada istirahat fisik dan istirahat jiwa.

Sebagai contoh, saya dapat merasa sangat lelah secara fisik tetapi hati dan jiwa saya beristirahat karena hari itu jelas merupakan apa yang Tuhan inginkan untuk saya. Ada hubungan antara hari itu dan kehendak-Nya. Dengan kata lain, ketika saya merasa puas dalam jiwa saya, kelelahan fisik disertai dengan kegembiraan. Itu adalah jenis kelelahan yang baik.

Kelelahan jenis kedua adalah rasa lelah yang datang dari beratnya hati, ketika saya tidak yakin dengan apa yang saya lakukan, atau bertanya-tanya mengapa saya berada di tempat ini, atau bahkan mungkin bertanya-tanya di mana Tuhan berada. Pada saat-saat seperti itu, ada pergumulan dan beban dalam jiwa saya. Saya merasa sulit untuk melihat Tuhan, merasakan kehadiran-Nya atau menyadari bahwa saya berada di pusat kehendak-Nya.

Tampaknya setiap lima tahun selama dua puluh delapan tahun saya berjalan bersama Tuhan, saya menemukan diri saya mengalami jenis kelelahan yang kedua; tempat di mana saya mulai bertanya-tanya dan merindukan beberapa perspektif atau visi baru tentang apa yang Tuhan miliki untuk saya.

Saya menjadi gelisah dan mempertanyakan apakah saya berada di tempat yang Dia inginkan. Ada beban yang melekat di jiwa, sebuah pertanyaan yang menyelimuti semua yang saya lakukan. Meskipun saya tahu sukacita dan ketenangan hanya datang dari-Nya, terkadang saya tidak memandang kepada-Nya.

Sebaliknya, saya mencoba menemukan kepastian dan kepercayaan diri dengan menyibukkan diri dengan hal-hal yang saya geluti. Akibatnya, saya semakin lelah bahkan semakin tidak yakin. Ketika mengabaikan keresahan atau keraguan dalam pikiran saya, saya justru menemukan semakin banyak pertanyaan dan keraguan yang mendalam.

Tetapi saat saya meluangkan waktu untuk sungguh-sungguh melakukan refleksi, memahami proses pencarian jiwa, dan berelasi dengan Tuhan, maka saya menemukan istirahat itu. Selama bertahun-tahun, saya menyadari ketika jiwa saya lelah, kerinduan yang saya miliki adalah memperdalam hubungan dengan-Nya, jadi saya mulai membiarkan kegelisahan itu mendorong saya untuk mencari-Nya dan berpegang teguh pada-Nya.

Merupakan penghiburan bagi saya untuk sadar bahwa Tuhan tidak peduli atau takut pada keraguan saya seperti rasa takut saya terhadap keraguan itu sendiri. Dia ingin saya membawa semua keraguan tersebut langsung kepada-Nya dan secara terbuka mendiskusikannya bersama Tuhan dan dengan orang lain. Dia mengingatkan saya berulangkali, agar saya tidak membodohi Dia atau diri  sendiri ketika saya tidak meluangkan waktu untuk benar-benar melakukan pencarian mendalam ke dalam rasa sakit hati saya.

Dia ingin saya datang kepada-Nya berulang kali untuk menemukan ketenangan jiwa. Ada kerinduan akan kedamaian yang saya tahu hanya datang dari-Nya dan itu hanya dapat ditemukan ketika saya terhubung dengan-Nya.

Dalam perjalanan, Tuhan telah memakai banyak orang dan berbagai hal untuk menyegarkan rasa lelah saya. Terkadang, dalam hubungan mentor-coach; atau pendalaman pemahaman tentang siapa Allah yang menciptakan saya; terkadang tentang tinjauan ulang akan panggilan dan visi saya untuk Amanat Agung. Saya menyebut saat-saat ini sebagai “sabat untuk jiwa”.

Sabat adalah “istirahat dari pekerjaan, atau rehat sejenak,” waktu untuk berhenti dari apa yang kita lakukan sehingga kita dapat berkonsentrasi pada aspek tertentu saat berjalan bersama Tuhan dengan cara meluangkan waktu untuk merenung, mendapatkan coaching, membaca, belajar, memahami karunia dan kekuatan kita.

Karena saya telah meluangkan waktu untuk “sabat bagi jiwa”, saya menyadari bahwa berjalan bersama-Nya adalah tentang mengenal Dia dan kehendak-Nya bagi saya daripada peran, pelayanan atau pekerjaan yang saya lakukan saat ini. Dia meminta saya untuk membuka tangan saya dan membiarkan Dia terus-menerus memperbarui visi-Nya bagi hidup saya.

Kehendaknya adalah untuk melihat saya menyerupai Dia. Saat saya memahami dan bekerja dengan Dia di dalamnya, saya menemukan ketenangan itu bagi jiwa saya. Tuhan tahu di mana saya berada dan langkah-langkah yang harus saya ambil untuk maju.

Saat melihat kehidupan Saudara sendiri, pengalaman apa yang Tuhan berikan dalam perjalanan Saudara sampai ke titik ini?

Menurut Saudara, apa manfaat ketenangan jiwa bagi Saudara selama ini?

Oleh Lori Beyar (Translated by Renee)

Artikel ini pertama kali diterbitkan di AltPerspective – blog dari Ketua Tim Area Eropa Timur 

 https://www.cru.org/us/en/blog/life-and-relationships/emotions/are-you-at-rest.html

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response