Jika Saudara pernah terlibat dalam pelayanan Cru di seluruh dunia, Saudara mungkin akan setuju bahwa komunitas sangat penting untuk kesehatan individu dan Lembaga. Dalam bukunya CruPress, The Kingdom of Couches , Will Walker menyatakan, “Komunitas bukanlah suatu peristiwa, aktivitas, tempat kita menerapkan, atau sesuatu yang perlu kita lakukan untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani kita. Sebaliknya, komunitas adalah konteks di mana semua aktivitas, penerapan, dan pertumbuhan spiritual terjadi.” Jadi ya, komunitas adalah sesuatu yang penting.
Mengembangkan komunitas yang hebat sangat penting bagi keberhasilan tim mana pun, terutama pelayanan kelompok jangka pendek seperti pelayanan misi musim panas. Sekelompok mahasiswa — baru mengenal satu sama lain, baru berada di negara lain, semuanya dengan tujuan untuk bersama-sama melayani — memiliki potensi untuk sukses besar atau menjadi bencana. Meskipun ada langkah-langkah yang kita ambil untuk memastikan keberhasilan, penting untuk menyadari jebakan.
Belajar dari pengalaman masa lalu, saya telah memperhatikan tiga godaan yang mengarah pada kematian tim pelayanan dengan mengikis fondasi komunitas.
Membandingkan
“Membandingkan adalah pencuri kebahagiaan.” Theodore Roosevelt
Godaan pertama adalah keinginan untuk membandingkan diri dengan orang lain. Tentu saja, membandingkan adalah bagian alami ketika berkenalan dengan orang baru. Kita berbicara tentang di mana kita tinggal, apa jurusan yang kita pelajari, dan keluarga. Kita memperhatikan apa yang kita kenakan, makanan yang kita sukai, selera humor kita, dan tim olahraga apa yang kita dukung. Tampaknya tidak ada yang salah di sini kecuali ketika kita merasa bahwa minat, kepribadian, kemampuan, dan pengalaman kita membuat kita lebih baik dari orang lain dan pada akhirnya lebih berarti di mata Tuhan. Atau sebaliknya, kita mulai merasa bahwa Tuhan mengabaikan kita dalam hal berkat, kesempatan, dan kesuksesan. Jenis pemikiran ini adalah langkah pertama dalam lingkaran spiritual menengah ke bawah. Pikiran kita menjadi gelap tentang Tuhan dan kita mulai mengisolasi diri kita dari hubungan yang mendalam dengan orang lain.
Para murid juga pernah dirundung pemikiran seperti ini. “Kalau begitu, siapakah yang terbesar dalam kerajaan Sorga?” adalah pertanyaan yang kita baca dalam Matius 19. Perdebatan mereka meningkat seiring berjalannya waktu. Pada suatu saat Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Apa yang kamu perdebatkan di jalan?” Tapi mereka tetap diam karena dalam perjalanan mereka sempat berdebat tentang siapa yang paling hebat.” (Markus 9:33,34)
Sebagian besar mahasiswa yang saya amati lebih halus dalam percakapan seperti ini, tetapi bagaimanapun, pemikiran membandingkan dan persaingan dapat merajalela dan pasti akan merusak komunitas.
Menghakimi
“Ketika Saudara menghakimi orang lain, Saudara tidak mendefinisikannya, Saudara mendefinisikan diri sendiri.” Wayne Dyer
Godaan kedua yang datang dengan cepat setelah membandingkan: adalah godaan untuk menghakimi. Pertama, mari kita perjelas beberapa istilah. Saat kita mengucapkan, “Jangan menghakimi,” (Lukas 6:37) Yesus tidak mengacu pada penegasan, yang merupakan kemampuan untuk membuat keputusan melalui pertimbangan atau sampai pada kesimpulan yang masuk akal. Istilah menghakimi yang Dia peringatkan – jenis yang menghancurkan komunitas – mungkin paling baik dijelaskan dengan menggunakan sinonim seperti kritik, menyalahkan, atau menghukum.
Para murid menghakimi orang lain yang bukan termasuk golongan mereka. Dalam Lukas 9, setelah percakapan tentang siapa yang akan menjadi terbesar, para murid bertanya kepada Yesus tentang orang yang mengusir setan. Mereka mencoba menghentikannya karena dia bukan salah satu dari golongan mereka. Selanjutnya, karena daerah Samaria tidak menyambut para murid, maka mereka bertanya kepada Yesus apakah mereka harus meminta api turun dari langit dan menghancurkan daerah itu. Apakah benar bagi para murid untuk menghakimi orang lain dalam situasi ini? Jawabannya adalah “TIDAK”.
Siapakah kita sehingga harus mengetahui pikiran Tuhan dan apa yang Dia lakukan dalam kehidupan orang lain? Yakobus membahas masalah ini dan mengingatkan pembacanya untuk tidak membicarakan orang lain dengan cara yang menyakitkan, seolah-olah kita adalah hakim atas mereka. Apakah kita memenuhi syarat sebagai hakim? Apakah kita berada di atas hukum? “Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau menghakimi sesamamu manusia?” (Yakobus 4:12)
Dengan kata lain, menjadi hakim yang sok adil dapat mengganggu kesatuan tim secara serius. (Dan Saudara tidak dapat memiliki komunitas tanpa persatuan).
Gosip
“Gosip adalah radio Iblis.” George Harrison
Penghancur komunitas yang ketiga adalah godaan untuk bergosip. Mengatakan hal-hal kritis yang tidak perlu tentang orang (terutama di belakang mereka) menyebabkan orang lain di komunitas Saudara berpihak dan memikirkan hal-hal buruk tentang orang itu. Itu sebabnya Amsal memberikan banyak peringatan tentang gosip.
“Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.” (11:13)
“Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.” (16:28)
“Bila kayu habis, padamlah api; bila pemfitnah tak ada, redalah pertengkaran.” (26:20)
Musim panas lalu, seorang teman memberi tahu saya tentang percakapan beberapa wanita di lift yang mengkritik mahasiswa lain karena pilihannya tentang pacar. Diskusi ini lebih berpusat pada fitnah dari pada mengungkapkan perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan mahasiswa tersebut. Teman saya tercengang dan tidak tahu bagaimana menanggapi komentar mereka yang tidak ramah. Bahkan, dia bertanya-tanya apa yang mereka katakan tentang dia ketika dia tidak hadir. Tentunya gosip merobek kepercayaan dan menghancurkan jalinan komunitas yang sebenarnya.
Langkah-Langkah Praktis
Bagaimana Saudara menghadapi pikiran, sikap, perkataan, dan tindakan semacam ini? Saya ingin menyarankan tiga hal yang perlu diingat agar kita tetap mengasihi Tuhan dan sesama seperti yang diperintahkan.
Pertama, hargai apa yang Tuhan lakukan dalam hidup Saudara sendiri. “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patutu kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing” (Roma 12:3). Hargai kisah yang Tuhan berikan kepada , mengetahui bahwa rencana dan waktu-Nya unik untuk Saudara dan baik adanya. Hargai kisah yang Tuhan berikan kepada orang lain, mengetahui bahwa rencana dan waktu-Nya unik bagi mereka dan baik adanya.
Kedua, sadari bahwa Saudara mungkin tidak mengetahui keseluruhan cerita yang terjadi dalam kehidupan orang lain secara akurat dan membuat penilaian tentang mereka. Orang-orang Farisi salah menilai Yesus karena mereka tidak tahu bahwa Ia lahir di Betlehem dan menganggap Ia lahir di Nazaret (lihat Yohanes 7). Jika kita tidak memiliki semua informasi, maka kemampuan kita untuk menilai dengan benar sangat terganggu. Kita jarang memiliki semua informasi.
Terakhir, jangan mengatakan sesuatu yang akan merusak reputasi orang lain. Sebelum membagikan informasi rahasia tentang seseorang, tempatkan diri Saudara pada posisi mereka dan tanyakan pada diri sendiri, “Apakah saya ingin orang lain membicarakan saya seperti ini?”
Mengapa menghancurkan pekerjaan yang dilakukan Tuhan dalam kehidupan suatu komunitas?
Membandingkan, menghakimi, dan menggosip merusak pekerjaan Tuhan untuk menciptakan tempat yang menunjukkan kasih Tuhan dengan saling menerima dan rendah hati. Semoga kita dengan “satu pikiran dan suara memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus.” (Roma 15:6)
Untuk Didiskusikan Lebih Lanjut
Petrus begitu yakin bahwa meskipun semua murid lainnya akan meninggalkan Yesus, namun dia tidak akan melakukannya (lihat Markus 14:27-31). Tapi tentu saja, dia menyangkal Yesus.
Dalam Yohanes 21, Yesus mengkonfrontasi Petrus dan pemikiran sebelumnya tentang imannya yang lebih tinggi dengan bertanya kepadanya, “Apakah kamu mengasihi Aku lebih daripada mereka (murid-murid lain)?”
Baca Yohanes 21:15-23 dan bahaslah jawaban Petrus dan tanggapan Yesus. Apa yang tampak penting dalam percakapan ini? Terutama perhatikan ayat 20-23. Bagaimana tanggapan Yesus kepada Petrus juga mengajar kita?
Oleh: Jane Fox (Translate by Renee)
https://www.cru.org/us/en/communities/campus/blog/2015/three-temptations-that-destroy-community.html
Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :
Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :