KeluargaKomunitas

HEALTHY ATTITUDE ABOUT SEX

116views

Selama bertahun-tahun kita telah mengijinkan media menyalahartikan seks dan cinta. Tetapi, apakah  sebagai orang tua, kita telah menyampaikan kepada anak-anak kita hal yang sesungguhnya? Apakah kita memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar tentang pandangan Allah tentang seks dengan cara sedemikian rupa sehingga mereka menyadari bahwa Allah berkata,”Tunggu” dan jangan mempermainkannya, karena Ia menginginkan yang terbaik untuk mereka?

Saya percaya media adalah pengaruh pertama bagi anak-anak ketika memahami seksualitas. Mengapa? Di mana sebagian besar teman-teman mereka belajar tentang seks? Dari media.  Mereka telah belajar dari informasi yang terus menerus dari televisi, film, musik dan majalah, yang dangkal dan sangat terbuka lebih dari tahun-tahun sebelumnya dalam sejarah, tanpa menyadari harga yang harus dibayar karena cinta yang dangkal dan seks bebas. Dalam buku saya “Why wait?”, seorang wanita muda menceritakan tentang harga yang harus ia bayarkan:

“Apa yang tidak disampaikan oleh film dan sinetron-sinetron kepada kita adalah kehancuran dan hati-hati yang terluka karena perselingkuhan dan seks di luar pernikahan. Tanpa ragu-ragu, hal yang paling berat dan paling menyakitkan yang saya alami….lebih dari operasi besar, tes kanker, adalah keluarga yang hancur…..karena berselingkuh dan berhubungan seks dengan seorang pria yang sudah menikah.” Apa yang anak-anak kita lihat dan dengar dari kita, orang tua, tentang seksualitas dan hubungan pria-wanita pada akhirnya memiliki pengaruh yang sangat dalam dalam hubungan mereka dengan lawan jenis. Saya ingin anak perempuan saya yang berusia 15 tahun, Kelly, melihat kasih dan penghargaan yang saya berikan kepada istri saya, Dottie, dan saya ingin ia membawa standar itu jika ia kelak berpacaran dan menikah.

Lingkungan seperti apa yang paling kondusif untuk mengembangkan keyakinan moral yang kuat dalam diri anak-anak?

Pertama, sikap seksual yang sehat muncul bila ada contoh yang positif dan dapat diteladani. Jika anda seorang ayah, anda dapat dan harus menjadi teladan. Anak-anak kita memiliki hak untuk melihat hubungan yang hangat, penuh kasih, dan penghargaan di antara suami dengan istri. Seorang suami yang secara konsisten memperlakukan istrinya dengan baik dan menghargainya sebagai teman hidup meletakkan dasar stabilitas emosi dalam diri anak-anak.

Kedua, perilaku seksual yang sehat bertumbuh dalam lingkungan di mana martabat tiap orang dihargai. Seorang anak perlu mengetahui sejak dini bahwa ia dihargai dan dikasihi apapun penampilannya. Setiap anak diciptakan dalam rupa Allah (Kejadian 1:26), karena itu ia berharga dan bernilai.

Ketiga, perilaku seksual yang sehat muncul dalam lingkungan yang menegaskan dan mengembangkan intimasi positif. Sayangnya, budaya kita dibungkus dengan pemahaman intimasi, yang pada umumnya dihubungkan dengan kemesraan dan hubungan seks. Suatu gambaran yang sangat terbatas dan sering kali tidak bermoral, sehingga membingungkan anak-anak serta orang muda, yang membuat mereka percaya bahwa intimasi hanya dapat ditemukan melalui hubungan seks.

Banyak kali wanita-wanita muda terlibat secara seksual karena ada kehausan akan intimasi yang dapat dipenuhi dalam hubungan ayah-anak yang sehat. Allah menghendaki agar para ayah menghargai dan melindungi anak-anak gadis mereka. Yang kita bicarakan di sini bukan lah intimasi seksual. Tetapi intimasi karena mengasihi, menghargai, menghormati, sehingga dapat berkomunikasi secara positif. Ketika seorang ayah gagal melakukan hal ini terhadap anak gadisnya, ia menjadi rentan terhadap pria-pria lain. Media pada saat ini, serta tekanan dari teman sebaya merupakan saingan yang luar biasa terhadap sistem nilai yang dimiliki anak-anak kita. Usahakan semaksimal mungkin untuk menciptakan lingkungan yang memberikan teladan yang positif bagi anak-anak, menghargai martabat pribadi dan intimasi positif.

Translated from Worldwide Challenge, by Reva Februari 2018.

Adapted from The Dad Difference, by Josh McDowell and Dr. Norm Wakefield. Published by Here’s Life Publisher, 1989

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response