KeluargaKomunitas

MEMBERIKAN PENGAMPUNAN

137views

MEMBERIKAN PENGAMPUNAN

Bagaimana saya membagikan kepada orang lain  Anugerah yang telah Allah berikan kepada saya?

Sambil mengambil alkitabnya untuk dibaca, suami saya, Mark, merasakan gelombang panas kemarahan membasahi dirinya, memenuhinya dengan perasaan pahit dan ketidakadilan.

Tidak, ia tidak dapat terus seperti ini.

Semua uang untuk rumah pertama bagi keluarga kecilnya, hilang. Sama seperti ombak yang menghantam pantai, rencana dan impian masa depannya seperti hancur menerjangnya.

Kebangkrutan menghancurkan perusahaan Kristen di mana Mark telah berinvestasi di dalamnya. Dia telah bekerja sebagai pendeta muda, dan sekarang dia telah kehilangan baik uang maupun propertinya.

Kemudian, yang memperburuk masalah, investor yang bekerja sama menggugat perusahaan dan suami saya. Ini berarti biaya hukum yang tidak terduga untuk membersihkan namanya dari gugatan itu, menghabiskan lebih banyak uang.

Namun, yang benar-benar hilang dari Mark adalah sukacita dalam hubungannya dengan Allah.

“Setiap kali saya mengambil Alkitab untuk membacanya, yang bisa saya pikirkan hanyalah bagaimana saya telah diperlakukan dengan buruk. Saya tidak bisa lagi menikmati hubungan saya dengan Tuhan karena hal ini, ”kata Mark. “Saya harus melakukan sesuatu.”

Mark memilih untuk memaafkan investor lain tersebut karena telah mengambil tanah dan menggugat. Ini berarti pengorbanan yang menyakitkan, bahkan pergi dan memberitahu secara langsung, terlepas dari kenyataan bahwa mereka belum pernah bertemu. Mark pulang dengan tangan kosong tetapi penuh kedamaian.

Pengampunan berarti mengampuni tanpa syarat, tetapi Allah  selalu merencanakan pengampunan untuk menjangkau melebihi orang yang diampuni.

Ketika saya masih anak-anak, saya bergumul dengan Matius 6:12, yang berkata,”Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami.” Saya berpikir itu berarti saya harus mendapatkan pengampunan Allah dengan satu syarat, dan tidak mengampuni bahkan satu orang saja berarti saya akan kehilangan pengampunan dari Allah.”

Belakangan, saya menyadari bahwa rencana pengampunan Allah melibatkan hubungan: Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4:32). Ini bukan suatu perintah untuk mencoba hidup sesuai dengan standar itu, melainkan kunci yang Allah berikan untuk mengalami kebebasan (untuk mengampuni) dalam hubungan.

Ketika saya mengalami kebebasan dalam pengampunan, Allah merencanakan kasih sebagai gantinya.

Seperti yang dikisahkan dalam Lukas, seorang wanita yang tidak diundang datang ke rumah seorang Farisi, terdorong oleh pengampunan untuk melakukan tindakan kasih: “Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.

Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.” (Lukas 7:37-38)

Wanita yang berdosa itu telah mengalami pengampunan dari Yesus. Tetapi tidak berakhir di sana: karena rasa syukurnya, ia mendemonstrasikan kasih di depan umum, dengan resiko dipermalukan.

Namun, ketika dihadapkan dengan keengganan untuk memaafkan, saya menyadari masalah saya adalah berjuang dengan kepercayaan yang rusak.

Jika pengampunan diberikan, putri saya pernah bertanya, apakah dia juga harus memberikan kepercayaan? Saya mengutip Mazmur yang terkenal sebagai jawabannya: 

“Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia.” (Mazmur 118:8)

Orang dapat mengecewakan saya apakah melalui harapan saya yang tidak terpenuhi, hak yang tidak dipenuhi, kesepakatan yang rusak atau apatisme secara umum. Bahkan jika pengampunan diberikan, batasan mungkin diperlukan. Menetapkan batasan berarti menetapkan batasan pada cara orang lain berbicara kepada saya atau memperlakukan saya.

Kepercayaan yang rusak mungkin perlu beberapa saat untuk didapatkan kembali, jika terjadi, tetapi pengampunan bisa segera dilakukan.

Untuk mengalami rencana pengampunan Allah dan memiliki kebebasan dari rasa sakit, saya telah berdoa memberkati orang-orang yang telah menyakiti saya. Ini melepaskan orang lain kepada Tuhan. Ketika saya berdoa untuk seseorang, saya mulai melihatnya dari sudut pandang Tuhan.

Saya juga membutuhkan pengampunan, tetapi pengampunan lebih dari sekedar menyelesaikan konflik.

“Rekonsiliasi adalah dunia yang sama sekali berbeda dari sekedar resolusi konflik,” tulis para penulis buku TrueFaced. “Sebagian besar dari kita ingin puas hanya memperbaiki konflik. Jadi kita menggunakan istilah-istilah seperti, ‘Saya minta maaf karena hal itu terjadi.’ Ketika kita bersedia mengatakan, ‘Apakah engkau mau memaafkan saya karena saya ….(sebutkan spesifik)?’ Kita menciptakan peluang bagi orang untuk memaafkan kita dan kadang-kadang bahkan kembali memiliki hubungan yang dekat dengan kita. “

Bagaimana jika pengampunan ditahan? Memendam bagian-bagian yang belum diampuni menyebabkan kepahitan dan kebencian dan membuat dosa tersebut merusak saya sehingga membentuk saya sedemikian rupa.

Ketika sedang berlibur di Bahama, saya ingat satu percakapan dengan seorang wanita tua: “Saya tidak akan pernah memaafkan apa yang mereka lakukan kepada saya, memberhentikan saya dari tempat kereja setelah saya bekerja selama bertahun-tahun,” kata wanita yang sudah tua itu dengan geram, dan dengan wajah yang keras, ada kepahitan dalam nada suaranya. Ketika dia menjelaskan kejadian ini, saya terkejut mengetahui bahwa hal itu terjadi 30 tahun yang lalu, namun suaranya yang pahit dipenuhi dengan emosi saat ini.

Pengampunan terkadang harus diberikan beberapa kali, bahkan saat demi saat.

Kadang-kadang, bagian tersulit dari memaafkan adalah menerimanya bahwa hal itu benar terjadi, atau yang oleh penulis Barbara Francis disebut “memaafkan diri kita sendiri.”

Dalam bukunya Grace and Guts: What It Takes to Forgive, seorang anggota staf Cru menulis,

Pengampunan memiliki dua sisi: Ia perlu diterima dan diberikan. “

Dia menjelaskan, “Tuhan ingin kita bebas menerima pengampunan-Nya tepat di tempat yang paling dibutuhkan dalam diri kita dan bebas untuk mengampuni dimana hal itu paling dibutuhkan oleh orang lain.” Barbara juga menulis, “Mungkin yang paling sulit untuk diatasi adalah fakta tragis bahwa begitu banyak dari kita percaya bahwa kita pantas dihukum. Memaafkan diri sendiri bukan untuk pengecut.”

Empat tahun setelah suami saya berbicara dengan partner investor tersebut, sebuah surat tiba-tiba tiba ada di kotak surat kami. Ketika kami membukanya, kami berdua menangis.

Surat itu berbunyi, “Saya salah telah menuntut Anda. Saya menderita kanker stadium akhir dan akan mengembalikan apa yang saya bisa sebelum saya meninggal. “

Belakangan, Tuhan memberi kami sebuah rumah yang jauh lebih baik dari yang pernah kami bayangkan. Pengampunan yang diberikan Mark kembali kepada kami. 

Oleh Jan Stewart (diterjemahkan oleh RS)

Diambil dari https://www.cru.org/us/en/blog/life-and-relationships/hardships/forgiven-much.html 

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response