Komunitas

WHEN MOTHERS WORK

204views

Berikut adalah beberapa pemikiran yang menantang untuk dipertimbangkan oleh para ibu, ketika memikirkan pertanyaan,’Apakah saya harus bekerja?’

Bertahun-tahun yang lalu di Inggris, seorang perempuan menjatuhkan diri di hadapan kuda raja dalam sebuah pacuan kuda, dan ia terbunuh. Mengapa ia melakukan hal itu? Untuk  menarik perhatian nasional pada saat itu bahwa wanita tidak dapat memberikan suara. Saat ini, banyak perempuan menjadi perdana menteri, presiden & kepala negara. Peningkatan yang dramatis dan kesempatan bagi wanita, serta filosofi tentang hidup dan harapan terhadap perempuan berubah.

Salah satu perubahan yang menyolok adalah lebih banyak ibu bekerja lebih dari yang sebelumnya. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 50% wanita bekerja, termasuk ibu-ibu yang memiliki anak-anak di bawah 18 tahun. Hal ini membuat para ibu – khususnya ibu-ibu kristiani – berhadapan dengan pertanyaan,”Haruskah saya bekerja? Banyak ibu melakukannya.” Rasa frustrasi ditunjukkan oleh seorang anak yang berumur 4 tahun, yang bertanya kepada ibunya,”Kenapa mama tidak bekerja?”, ketika tahu bahwa ibu dari teman-temannya bekerja.

Mengapa saya tidak bekerja? Seorang perempuan sebaiknya bertanya kepada dirinya sendiri pertanyaan-pertanyaan sbb:

Apakah peran sebagai istri, ibu dan menjadi ibu rumah tangga alkitabiah? Jika saya memenuhi peran itu, apakah saya menaati Firman Tuhan atau saya membuang-buang waktu saya? Apakah menjadi ibu rumah tangga bagian dari keberadaan perempuan atau apakah menjadi ibu rumah tangga itu sesuatu yang kuno?

Saya ingin mempertimbangkan pertanyaan ini. Terus terang saya menulis ini dengan ‘takut dan gentar’, karena ini merupakan topik yang sulit. Tetapi ketika saya membaca Firman Tuhan, saya telah menemukan prinsip-prinsip dan semangat yang saya percaya dapat menolong para perempuan yang telah menjadi istri dan ibu dan sekarang berpikir, “Apakah hanya seperti ini?”  Saya percaya prinsip-prinsip ini akan membuat mereka mngenal damai sejahtera Allah dan yang terbaik dalam hidup mereka. Saya tidak meminta saudara untuk setuju dengan dengan semua yang saya presentasikan, hanya mempertimbangkan apa yang disampaikan. Pertimbangkan untuk diri saudara, kemudian bawa mereka di hadapan Tuhan dan biarkan Ia memberikan hikmat kepada saudara.

Bagi seorang perempuan, ketika ia sudah menjadi seorang ibu, memiliki karir atau menjadi ibu rumah tangga haruslah ia buat bersama dengan suaminya. Ini merupakan pilihan pribadi.  Bersikaplah realistis. Ada banyak alasan yang masuk akal bagi seorang ibu rumah tangga untuk bekerja.

  • Seorang ibu dapat bekerja paruh-waktu mungkin 20 jam seminggu, sementara anak-anaknya berada di sekolah.
  • Seorang istri dapat bekerja untuk membantu suaminya jika ada kebutuhan keuangan yang mendesak.
  • Karena suami sakit atau masalah yang menuntut istri untuk bekerja.
  • Beberapa wanita, walaupun bukan karena kesalahan mereka, mereka menjadi orang tua tunggal, sehingga tidak memiliki pilihan lain selain bekerja.

Situasi-situasi tersebut dengan jelas menuntut seorang ibu untuk berkontribusi dalam hal keuangan bagi keluarganya pada saat tertentu. Tetapi jujur saja, banyak ibu yang bekerja saat ini, tidak mendasari keputusan mereka karena faktor-faktor tersebut di atas. Sebaliknya mereka bekerja karena mereka merasa mereka tidak terpenuhi secara pribadi jika mereka tidak bekerja, atau karena mereka memiliki standar hidup yang lebih tinggi jika hanya memiliki 1 pemasukan. Saya takut ada banyak orang yang yang terbiasa mencari kepuasan diri pribadi dan gaya hidup materialistis, sehingga mengabaikan kerusakan yang mungkin ditimbulkan dalam keluarga mereka. Dan banyak orang yang abai dalam mengevaluasi motivasi mereka dengan menanyakan pertanyaan ini: “Apakah saya melakukan ini untuk kemuliaan Tuhan?” Memiliki motivasi yang baik dalam bekerja  sangatlah penting. Saya akan tunjukkan mengapa. Ketika seorang ibu, khususnya dengan anak-anak yang masih kecil bekerja hal ini memberikan tantangan dan konsekuensi yang ia tidak pahami pada awalnya. Saya ingin menyampaikan kepada saudara beberapa hal yang terjadi saat seorang ibu bekerja.

Pertama, seorang ibu yang memilih untuk bekerja di luar rumah kemungkinan dapat melanggar firman Tuhan, Titus 2:5 dan 1 Timotius 5:14, khususnya memerintahkan seorang wanita, jika ia menjadi seorang ibu, agar menjadi pengatur dari rumah tangga dan memfokuskan perhatian pada anak-anaknya. Menarik untuk mencatat prioritas Firman Tuhan yang ditujukan pada aktifitas dalam hidup kita. Dalam pembelajaran Firman Tuhan selama bertahun-tahun, saya mengambil kesimpulan, bahwa Alkitab memberikan 3 prioritas hidup bagi seorang wanita yang lajang tetapi 6 prioritas bagi orang yang sudah menikah.

Agar dapat memahami di mana peran’bekerja’ yang cocok bagi seorang ibu, kita perlu memahami prioritas-prioritas ini. mari kita lihat apa saja prioritas-prioritas tersebut. Bagi mereka yang lajang, saya percaya Allah memberikan 3 tugas berikut ini:

  • Allah nomor satu, Ini termasuk kehidupan rohani saudara, penelaahan dan pengetahuan tentang Firman Tuhan dan pertumbuhan di dalam Tuhan.
  • Yang kedua adalah pelayanan saudara kepada orang lain, yang sesuai dengan passion saudara.
  • Yang ketiga, adalah diri sendiri. jika anda seorang yang masih lajang, anda dapat memberikan waktu kepada kehendak Allah untuk hidup dan jadwal anda tanpa ada gangguan. Ini merupakan keuntungan dan berkat karena menjadi seorang single.

Tetapi saat saudara berjalan di altar, segala sesuatu berubah. Tiba-tiba 6 prioritas dibebankan kepada saudara. Allah teap nomor satu, Prioritas kedua adalah pasangan saudara. Prioritas ketiga, jika Tuhan memberkati, adalah anak-anak saudara.

Bagi seorang pria, prioritas ke 4 adalah pekerjaannya. 1 Timotius 5:8 mengatakan kepada para pria, bahwa jika ia tidak memenuhi kebutuhan keluarganya, ia lebih buruk dari orang dunia. Bagi wanita, prioritas keempatnya adalah tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Prioritas kelima bagi pria dan wanita yang sudah menikah adalah pelayanannya kepada orang lain. Prioritas ke enamnya adalah diri sendiri. Dalam struktur prioritas mereka yanbg telah menikah harus melihat prioritas mereka dalam hubungan dengan Allah, pasangan, anak-anak, tugas mereka dalam keluarga dan pelayanan mereka sebelum mengekspresikan diri pada bidang kehidupan lain yang membutuhkan kreatifitas. (Tentu saja, hal ini tidak berarti mereka yang telah menikah tidak dapat rileks dan membaca majalah tanpa terlebih dahulu melakukan prioritas 1 sampai 5. Ini merujuk pada melakukan tanggung jawab utama yang akan memperluas tujuan utama seseorang) jika prioritas ini berjalan dengan baik, dan ada waktu sisa, dan seorang wanita inign melakukan kegiatan kreatif denga bekerja, itu baik.

Mari kita melihat lebih dalam bagaimana alkitab mendefinisikan peran seorang ibu sebagi pengatur rumah tangga. Apakah yang dimaksudkan alkitab adala seorang wanita harus menyukai tempat cuci piringnya dan popok kotor bayinya? Saya percaya seorang ibu diberikan oleh Allah kesempatan yang kreatif yang luar biasa; kita akan melihatnya sejenak. Tetapi yang utama, seorang ibu adalah seorang istri, sehingga harus menjadikan suaminya yang utama. Ini bukan beban yang berat, karena Kejadian 2 menggambarkan tentang  hubungan pernikahan yang indah.

Ketika seorang perempuan memilih untuk menikah, berarti ia memilih menjadi pasangan yang mendukung – untuk menolong suaminya menjadi seorang seperti yang Tuhan kehendaki. Ketika suami menjadi seperti yang Tuhan kehendaki, ia membebaskan istrinya untuk menjad seorang seperti yang Tuhan kehendaki. Bersama-sama mereka dapat menjadi lebih efektif, daripada ketika mereka tidak menikah. Ini merupakan rencana yang kudus, indah tetapi membutuhkan usaha dan kreatifitas.

Amsal 1:8 menambahkan tugas yang sangat penting dalam perannya sebagai ibu, yaitu sebagai seorang guru.ayat ini memerintahkan kepada anak-anak: jangan meniggalkan ajaran ibumu. Dalam rencana Allah, mengajar adalah tugas yang harus dilakukan setiap hari, memberikan diri dan hikmat kepada orang lain. Ibu diciptakan untuk melatih, membesarkan anak-anak agar mereka menerima Kristus dalam hati mereka dan mengerti tentang kekekalan sehingga ketika mereka beraktifitas, mereka menyadari tentang pentingnya hal itu. Dan itu sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Ketika seorang wanita bekerja di luar rumah, tidak saja ia dapat melanggar Firman Tuhan, tetapi konsekwensi yang kedua adalah ia dapat mengabaikan anak-anaknya, khususnya jika ia bekerja secara full-time. Tidak ada yang dapat menggantikan peran seorang ibu secara utuh, khususnya ketika anak-anak masih kecil.

Saudara tentu pernah mendengar orang merasionalisasi hal itu dengan mengatakan,”Saya tidak dapat memberikan banyak waktu kepada anak saya, jadi saya memberikan waktu yang sedikit tetapi berkualitas.” Sayangnya, bagi seorang anak, tidak ada yang namanya ‘quality time’. Yang ada hanya ‘waktu’, sepanjang waktu. Saudara tahu mengapa? Karena kebutuhan perhatian terhadap anak-anak sama pentingmya karena sering kali kebutuhan mereka tidak dapat dijadwalkan. Putri saya yang berumur 4 tahun, memiliki gangguan terbesar biasanya setengah jam sebelum para tamu yang kami undang datang untuk  makan malam. Mulai dari diare, membuat kamar berantakan,dll. Kebutuhannya benar-benar tidak dapat dijadwalkan. Rasionalisasi untuk quality time kedengaran nya baik, dan  dibuat untuk alasan yang baik. Tetapi kemungkinannya, hal itu tidak berhasil.

Barbara Walters membuat pernyataan yang dalam Ladies Home journal karya Gene Schalit:

“Masalah yang dimiliki wanita yang bekerja, bukan saja saya, adalah memiliki waktu bersama anak-anak. Setiap orang dapat berkata,”Bukan kuatitas waktu yang  penting tetapi kualitas. Ya, Tetapi… letakkan “T” besar di sana jangan katakan kepada saya jika anda paling banyak hanya menghabiskan setengah jam.

Dr. James Dobson juga mengatakan dilemma ini dengan pernyataan yang kuat:

“Tubuh manusia hanya memiliki energi dalam kurun waktu 24 jam. Sangatlah tidak mungkin jika rata-rata wanita dapat bangun pagi-pagi sekali, memasak bagi keluarganya, dan melakukan tugas hari itu. Kemudian bekerja dari jam 9 pagi sampai 5 sore, menyetir dari jam 05.01 sampai 05.30 dan tetap memiliki energy melakukan tugas-tugas rumah tangga dari 05.31 sampai tengah malam.

Oh ya, ia mungkin memasak untuk makan malam dan melakukan tugas-tugas yang besar, tetapi tidak banyak wanita memiliki kekuatan super di akhir jam kerja untuk memenuhi kebutuhan emosi anak-anaknya, untuk melatih dan mengarahkan dan mendisiplin, membangun rasa percaya diri, mengajarkan nilai-nilai hidup yang benar, dan lebih dari semua itu tetap menjaga hubungan dalam pernikahan. Hanya sedikit wanita yang dapat melakukan hal itu. Mungkin hal itu dapat dilakukan selama seminggu atau sebulan, atau satu musim, tetapi selama bertahun-tahun, tentu sebaliknya. Saya telah melihat para istri dan ibu sering kali menjadi marah, kesal dan frustrasi, sehingga rumah menjadi arena konflik.

Hal ketiga yang terjadi ketika seorang ibu bekerja adalah, ia dapat dengan mudah merusak pernikahannya. Saya pikir, semua wanita yang bekerja tidak bermaksud melakukan hal ini, tetapi hal ini sering kali terjadi, dan menyakitkan. Bagaimana caranya? Pertama, kita harus mengerti poin ini: Kasih semakin kuat ketika ada kesadaran betapa pasangan saling membutuhkan satu sama lain. Bukan sekedar pasangan berkata,’Aku membutuhkanmu,” “dan engkau juga membutuhkan aku,”. Itu hanya pengetahuan. Allah membuat seseorang menikah dengan pasangannya agar mereka dapat melakukan sesuatu yang lebih daripada ketika mereka sendiri/single.

Satu hal yang saya  perhatikan tentang pekerjaan adalah, bahwa hal ini dapat membuat seorang merasa independen dan merasa aman. Masalahnya adalah hal ini dapat membuat seorang ibu merasa begitu independen dan aman, sehingga  ia dapat berpikir bahwa,”Saya rasa saya tidak membutuhkan dia lagi.” Ini merupakan hal yang dapat menghancurkan seorang pria juga wanita, dan juga anak-anak.

Hal keempat, konsekwensi dari seorang ibu yang bekerja adalah, tanpa bermaksud hal itu terjadi adalah, ia dapat mentransfer kekagumanannya dari suami kepada atasannya. Hal ini dapat terjadi dengan mudah – dan sering kali terjadi – bukan hanya bagi para ibu, tetapi juga bagi para pria dan setiap orang yang bekerja. Ini merupakan salah satu bahaya dari dunia kerja. Ini merupakan bahaya yang perlu dipertimbangkan ketika seorang ibu dengan rela masuk dalam tanggung jawab tambahan karena pekerjaannya.

Hal kelima, bagian yang terakhir adalah satu hal yang mungkin tidak anda sukai. Apa yang terjadi dengan gaji dari seorang ibu yang bekerja.

Ada banyak pengeluaran yang akan terjadi karena seorang ibu merasa bekerja. Untuk makan siang, makan di restoran/ membeli makanan untuk di bawa pulang ketika malam hari karena ia sudah lelah untuk memasak. Pakaian harus di bawa ke laundry karena tidak sempat mencuci. Salon, shopping, asuransi pekerja, biaya untuk anak yang harus di bawa ke tempat penitipan anak- per-anak/hari, biaya untuk mentraktir/menyenangkan diri sendiri, sehingga uang yang tersisa tinggal sedikit. Setiap ibu yang bekerja perlu bertanya pada diri sendiri,”Apakah apa yang saya lakukan seimbang dengan uang yang saya dapatkan?” Bekerja …. Banyak orang bahkan tidak memikirkannya. Para ibu terjebak dan bahkan tanpa mereka mengetahuinya.

Pertimbangkan 5 hal tersebut di atas, mari berpikir sejenak. Bahwa para ibu berada di rumah bersama anak-anaknya untuk kebaikan semua pihak dan forfeit berperan dalam dunia kerja. Para ibu, tolong dengarkan saya, karena hal ini sangat penting. Saya sama sekali tidak pernah berpikir bahwa karena seorang ibu tidak dipanggil untuk melakukan peranannya dalam dunia kerja sehingga alkitab mengatakan bahwa tugasnya adalah membersihkan rumah dan mencuci piring. Bukan seperti itu. Gambaran tentang seorang istri dan ibu yang saleh dalam Amsal 31:10-31 menjelaskan tentang seorang ibu yang pandai mengatur dan memiliki talenta memiliki banyak kegiatan dan pelayanan yang dapat dipilih untuk dikerjakan. Melakukan hal ini, ketika berada di rumah dapat memiliki dampak langsung dan jangkauan yang luas bagi mereka yang ada di sekitarnya.

Seorang ibu rumah tangga dapat memulainya dengan bertanya pada dirinya sendiri beberapa pertanyaan penting. Talenta apa yang Tuhan telah karuniakan kepada saya secara pribadi? Apa yang memotivasi saya? Bagaimana saya dapat menggunakan talenta dan posisi saya di rumah sehingga dapat mempengaruhidunia di sekitar saya bagi Kristus? Apa yang dapat saya capai – yang tidak dapat dilakuakn oleh wanita yang bekerja? Saudara, mari kita menghadapinya. Dunia ini memiliki kebutuhan yang luar biasa. Jika saudara tidak percaya, orang di sekitar kita sedang terluka, yang harus saudara lakukan adalah berbicara kepada mereka. Saya percaya Tuhan memberikan kemerdekaan khusus bagi para ibu rumah tangga – dan ya, mungkin tanggung jawab khusus- untuk mengekslorasi bagaimana ia dapat berkontribusi dalam penyembuhan rohani di duni sekitarnya.

Pada titik ini, seorang wanita perlu meminta tuntunan dari Allah. Karena kita semua diciptakan secara unik, karena itu penting untuk mengetahui karunia rohani dan motivasi dalam hidup agar anda dapat menentukan pelayanan yang membuat anda senang tetapi juga produktif. Misalnya istri saya, Judy, memiliki karunia melayani. Ia sangat yakin tentang hal itu. Karena itu saya mencoba bekerja sama dengannya sehingga dapat menolongnya mengembangkan pelayanan bukana saja untuk memuaskan dirinya tetapi memampukan kita untuk dapat melayani bersama. Salah satu cara kami melayani bersama adalah dengan ‘meng-entertain’ orang lain 2x seminggu. Kadang kami melakukannya untuk fun, tetapi kadang-kadang  karena kami ingin mengadakan suatu acara tertentu. Saat ini Judy, sedang mengikuti sebuah latihan di gereja kami agar ia dapat menginjil.

Judy juga senang melayani dengan menjaga anak-anak. Kami hanya memiliki seorang anak – Mandy- usia 4 tahun. Tetapi kawan-kawan kami memiliki beberapa anak. Sesekali menjaga anak-anak mereka dapat menjadi sebuah pelayanan yang dibutuhkan bagi mereka. Saat saya menulis materi ini, Judy sedang menjaga seorang bayi laki-laki usia 5 bulan, sementara ibunya sedang mengikuti retreat di akhir minggu. Pelayanan lain yang sedang dikembangkan oleh Judy adalah menjadi pendukung kelompok ibu-ibu yang mandul di gereja kami. Kesulitan Judy memiliki anak kedua telah memberikannya kepedulian yang dalam dengan para wanita yang memiliki pengalaman yang mirip. Judy merasa bahwa dengan melayani melalui telepon, sharing pengalaman pribadi, dan berdoa untuk adopsi, pengarahan dari dokter, hanya untuk kemuliaan Tuhan sehingga merea dapat saling mendukung dan mendorong.

Para wanita dengan talenta dan karunia serta motivasi yang berbeda mungkin akan terlibat dalam pelayanan yang berbeda. Atau mereka mungkin mengambil lebih banyak waktu untuk melatih dan mendisiplin anak-anak mereka. Karena memiliki lebih banyak waktu di rumah, Judy memiliki pelayanan khusus ‘melatih’ Mandy terlibat dalam segala sesuatu yang ia lakukan. Misalnya ketika kami mengundang orang untuk makan di rumah kami, Judy membiarkan mandy menolongnya mengatur meja makan. Ia mengajarkan bagaimana seharusnya meletakkan pisau, di mana sendok perlu diletakkan, dsb. Saya tidak yakin apakah Judy atau ibu-ibu yang lain dapat memilki pelayanan di luar rumah atau mengajar dengan sabar, jika mereka bekerja sepenuh waktu. Sering kali seorang ibu yang bekerja harus bergumul agar ia dapat tetap survive memperhatikan keluarga. Apalagi melayani dan melihat kebutuhan orang lain.

Saya harap, setelah membaca tulisan ini, saudara dapat melakukan hal-hal berikut ini. Pertama, saudara lebih waspada terhadap apa yang terjadi pada keluarga-keluarga di masyarakat sekitar. Pandangan dunia yang menyuruh para ibu agar bekerja dan justru diikuti oleh jutaan wanita secara tragis telah merusak tatanan keluarga dan masyarakat.

Kedua, pelajari firman Tuhan saat saudara mencari jawaban. Semua jawaban dari pertanyaan tentang peran saudara ada dalam alkitab.

Ketiga, perteguh iman saudara pada firman Tuhan. Hidup berserah secara total sesuai dengan apa yang alkitab katakan adalah satu-satunya cara agar kita dapat terpenuhi.

Maka keputusan untuk bekerja atau tidak adalah keputusan saudara. Sayangnya tidak ada yang dapat menyampaikan kepada kita konsekwensi dari meningkatnya jumlah ibu yang bekerja. Tetapi satu hal yang kita tahu, dengan membangun kesimpulan dan tindakan tentang hal ini berdasarkan firman Tuhan, kita tidak akan salah. Kita dapat hidup dan berbuah untuk kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.

(by Tom Allen, with Ann Manley Work)

Translated from Worldwide Challenge, by Reva 2018

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response