HARAPAN YANG TIDAK REALISTIS DALAM PERNIKAHAN
Bagaimana standar yang menyesatkan dan tak dapat dicapai dapat merusak pernikahan saudara
Khayalan adalah standar yang tidak dapat dicapai, di mana kita mengukur performance, kemampuan, wajah dan karakter, dan hal-hal tersebut dapat membuat pernikahan keluar dari jalur.
Ketika Perang Dunia ke 2, Angkatan Bersenjata Amerika di Perancis mempunyai pasukan militer khayalan – sebuah kelompok yang disebut Pasukan Khusus yang ke 23.
Dengan pengaturan seperti bisnis teatrikal yang cermat dan baik, mereka membuat pasukan tiruan dan menciptakan ilusi kekuatan hingga strategi militer untuk mengecoh orang-orang Jerman.
Untuk melindungi lokasi sesungguhnya dari pasukan sesungguhnya, misalnya, mereka membuat tank palsu dan peralatan-peralatan yang lain, yang terlihat nyata dari udara.
Memerangi Khayalan
Banyak suami dan istri memiliki khayalan yang tersembunyi dalam pikiran mereka – gambaran mental yang tidak nyata yang mereka pikir harus diperangi.
Tak seorang pun dapat melihat ‘khayalan’ tersebut kecuali pribadi yang memunculkannya, tetapi khayalan tersebut terlihat nyata.
Khayalan adalah standar yang tidak dapat dicapai, di mana kita mengukur performance, kemampuan, wajah dan karakter.
Meskipun tidak ada yang salah dengan memiliki tujuan untuk dicapai, ‘khayalan’ menurut definisi adalah ilusi, penampakan atau kemiripan dengan kenyataan.
Dalam pikiran, saudara memiliki gambaran tentang bagaimana harus bertindak sebagai suami atau istri, ayah atau ibu. Dan kemungkinan gambar ini sangat sempurna, sangat indah, sehingga benar-benar tidak mungkin tercapai.
Namun, setiap hari saudara menilai kinerja saudara dengan “khayalan” ini! Dan karena saudara tidak dapat menandingi standar-standar itu, harga diri saudara menderita.
Berjuang Setiap Hari dengan “Khayalan”
Semakin jauh “khayalan” saudara dari kenyataan, semakin frustasi untuk hidup dalam bayang-bayang mereka – dan semakin membingungkan bagi pasangan yang tidak dapat melihat kenyataan dan akan bertanya-tanya mengapa pasangannya tampak tidak puas dan tidak bahagia. “khayalan” tentang pernikahan ideal, dapat membuat pernikahan keluar dari relnya.
Istri saya, Barbara, suatu hari duduk dan menggambarkan ‘khayalan’nya – apa yang menurutnya diharapkan sebagai istri dan ibu. Ini adalah sebagian dari apa yang dia tulis:
• Dia selalu penuh kasih, sabar, pengertian dan baik.
• Dia selalu terorganisir dengan baik, dengan keseimbangan sempurna antara disiplin dan fleksibel.
• Rumahnya selalu rapi dan didekorasi dengan baik, dan anak-anaknya selalu patuh.
• Dia serius namun ringan, patuh tetapi pasif. Dia enerjik dan tidak pernah lelah.
• Dia terlihat segar dan menarik setiap saat, baik dengan jeans dan sweater, ketika sedang berkebun atau ketika mengenakan gaun sutra dan sepatu hak tinggi untuk keluar makan malam.
• Dia tidak pernah sakit, kesepian atau putus asa.
• Dia berjalan bersama Tuhan setiap hari, berdoa secara teratur, mempelajari Alkitab dengan rajin, dan tidak takut atau selalu bersaksi kepada orang lain tentang imannya.
• Dia “berdoa tanpa henti.” Dia berdoa saat ban mobil kempes, saat kehilangan kunci dan kehilangan boneka beruang.
• Dia “bersyukur” ketika suaminya terlambat makan malam.
Ingatlah bahwa ‘khayalan’ adalah ilusi. Hanya sering kali kita yang tidak mengenalinya.
Sekali lagi, memiliki tujuan seperti itu dapat memacu saudara untuk melakukan yang lebih baik dan menjadi lebih baik.
Tetapi ketika hal itu menjadi harapan ‘khayalan’, saudara akan merasa tidak aman dan bertanya-tanya apakah pasangan saudara menerima “saudara apa adanya”. Saudara mungkin merasa seperti pecundang ketika pasangan menganggap saudara seorang pemenang.
“Khayalan” saya sendiri sama mulianya dan tidak terjangkau seperti milik Barbara:
• Dia bangun pagi-pagi, membaca Alkitab dan berdoa, lalu joging beberapa mil selama sekitar tujuh menit.
• Setelah sarapan bersama keluarganya, ia memimpin renungan selama 15 menit.
• Tidak pernah lupa untuk memeluk dan mencium istrinya ketika berangkat bekerja, dia tiba di tempat kerja 10 menit lebih awal.
• Dia secara konsisten sabar terhadap rekan kerja, selalu puas dengan pekerjaannya.
• Meja kerjanya tidak pernah berantakan, dan dia selalu dapat mengendalikan diri.
• Dia tiba di rumah tepat waktu setiap hari dan tidak pernah mengecewakan anak-anaknya ketika mereka ingin bermain dengannya.
• Dia banyak membaca dan tahu berbagai peristiwa dunia, politik, dan masalah sosial yang penting.
• Dia tidak pernah berkecil hati, tidak pernah putus asa dan selalu memiliki kata-kata yang tepat untuk keadaan apa pun.
• Dia secara teratur merencanakan acara romantis untuk istri dan dirinya sendiri.
• Ia dapat mengutip sebagian besar isi alkitab, memiliki iman yang kuat, dan dapat menyelesaikan konflik keluarga dengan cepat (lebih cepat daripada peluru yang melaju kencang).
Pada akhirnya khayalan ini dapat membuat kita berada di bawah tumpukan rasa bersalah yang menghancurkan. Dan di sinilah hubungan pernikahan benar-benar dapat membantu. Duduklah bersama pasangan saudara dan luangkan waktu untuk menggambarkan khayalan saudara sendiri.
Tanyakan pasangan saudara dari mana harapan ini berasal. Bicara tentang harapan mana yang realistis dan mana yang tidak. Hilangkan khayalan yang mengintai.
Bagaimana cara ‘membunuh’ khayalan tsb.
Apakah saudara memiliki harapan diri yang tidak realistis?
Apakah saudara menyadari bahwa pasangan saudara memiliki “khayalan” seperti itu?
Apa perbedaan antara tujuan sehat untuk pertumbuhan pribadi dan ilusi atau gambaran diri yang tidak terjangkau?
Tulislah “khayalan” pribadi saudara. Kemudian bagikan dengan pasangan.
Sekarang, buat daftar tujuan baru untuk saudara sendiri. Buatlah tujuan yang realistis dan dapat dicapai, kemudian evaluasi dengan pasangan saudara.
Oleh Dennis Rainey, diambil dari:
https://www.cru.org/us/en/blog/life-and-relationships/marriage/unreal-expectations-marriage.html
Diterjemahkan oleh RS
Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :
Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :