Komunitas

KITA DIWAJIBKAN MENGASIHI KELUARGA ALLAH

566views

KITA DIWAJIBKAN MENGASIHI KELUARGA ALLAH

Karena Allah Mengasihi Kita
“Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi”
(1 Yoh 4:11)

            Hidup adalah belajar mengasihi. Tujuan hidup saudara yang utama di dunia bukan mengumpulkan harta, mencari status, mencapai sukses atau memperoleh kebahagiaan. Semuanya itu adalah isu yang sekunder. Hidup adalah belajar mengasihi dan membina hubungan dengan Allah dan sesama. Saudara dapat saja berhasil dalam banyak hal, tetapi jika saudara gagal belajar mengasihi Allah dan sesama, saudara telah kehilangan makna untuk apa Allah menciptakan dan menempatkan saudara di planet ini. Belajar mengasihi adalah pelajaran yang paling penting. Yesus menyebutnya: Perintah yang Terutama (Mat 22:38) Tidak ada hal sepenting ini.
Mengapa? Karena Allah adalah kasih dan Allah ingin agar kita makin menjadi serupa dengan Dia. Allah sangat mengasihi saudara dan kasih-Nya tanpa syarat. Oleh karena itu sebaliknya Ia ingin saudara belajar mengasihi- Nya dan mengasihi sesama khususnya orang percaya yang adalah keluarga Allah.

Inilah masalahnya: kasih bukan hal yang alami bagi kita. Sifat manusia cenderung berpikir tentang dirinya sendiri. Kita biasa melakukan hal yang kita senangi, sering tanpa peduli apa pengaruhnya pada orang lain. Mudah- mudahan, ketika kita bertumbuh tidak pernah memikirkan hal lain kecuali keinginan, kerinduan dan ketamakan kita sendiri. Sifat mementingkan diri sendiri adalah akar setiap masalah baik secara personal maupun global
Kasih yang sungguh menempatkan kepentingan orang lain diatas kepentingan saudara. Kasih menganggap masalah saudara adalah masalah saya. Kasih memberi kepada yang lain tanpa jaminan untuk mendapatkan kembali. Kasih memberi pada orang lain apa yang mereka butuhkan, bukan apa yang tidak layak mereka terima. Walaupun kasih dapat menciptakan perasaan tetapi kasih bukanlah perasaan. Kasih adalah suatu pilihan, suatu tindakan, suatu cara bertingkah laku, suatu komitmen. Kasih berkorban bagi orang lain.

Dunia ini tidak memiliki gambaran tentang kasih yang benar. Sebuah lagu mengatakan: “Saya butuh kamu, saya ingin kamu, saya harus memilikimu.” Itu bukanlah lagu cinta atau kasih yang sungguh, tetapi lagu birahi. Kasih yang sungguh berfokus pada bagaimana saya melayanimu bukan bagaimana saya dapat melayani diri sendiri. Kasih yang sungguh berlawanan dengan kecenderungan pementingan diri sendiri.
Itulah sebabnya kita harus belajar mengasihi. Ini tidak mudah. Kasih yang sunggu butuh oengetahuan, anugerah Allah dan kesabaran. Kita perlu melatih kembali diri kita, berpikir dan bertinfak dengan kasih. Cara- cara ini disebut “saling” yang ada dalam Alkitab. Semuanya merupakan petunjuk praktis belajar mengasihi dalam situasi hidup yang sesungguhnya.
Seperti permata, kasih memiliki banyak faset. Setiap bacaan harian akan menolong saudara memahami dan melakukan berbagai aspek kasih. Ambil waktu setiap hari, sungguh renungkan apa yang saudara baca. Belajar tentang kasih yang benar tidaklah mudah tetapi akan menjadi berkat bagi hidup saudara di dunia ini melampaui apa yang saudara bayangkan dan menyiapkan saudara untuk kekekalan.

Tentu, saudara tidak dapat belajar mengasihi sendiri saja. Saudara perlu membangun hubungan dengan berbagai jenis manusia agar dapat praktek mengasihi sesama. Alkitab menyebutkan ini sebagai berada dalam “komunitas” satu persamaan kata lain dari persekutuan. Untuk melakukan perintah “saling” yang telah diberikan Tuhan, sangatlah penting untuk saudara mencari sebuah jemaat gereja dan melibatkan diri dalam kelompok kecil untuk belajar tiap minggu. Suatu kelompok kecil yang efektif lebih dari sekedar suatu penelaahan Alkitab walaupun itu adalah komponen utamanya, juga tersedia waktu untuk berinteraksi, sebagai pengalaman, bertanya dan saling mendoakan. Komunitas adalah tempat dimana kita belajar mengasihi.

Jika yang saudara lakukan hanyalah membaca renungan harian, saudara hanya akan memperoleh sedikit manfaat. Tetapi jika saudara bertemu tiap minggu dalam kelompok kecil dengan enam atau delapan orang, saudara akan memiliki laboratorium untuk praktek apa yang telah saudara pelajari.
Inilah awal untuk membangun komunitas yang benar, menyadari betapa Allah mengasihi kita. Ia tidak sekedar mengasihi saudara; Ia juga sangat mengasihi setiap orang dan Ia ingin anak- anak Nya saling mengasihi. Ada tiga landasan untuk hidup dalam kasih:

(1) Kasih Allah pada kita menjadi alasan untuk mengasihi orang lain.

(2) Kasih Allah didalam kita memberi kemampuan untuk mengasihi orang lain.

(3) Kasih Allah melalui kita memberi kita cara untuk mengasihi orang lain.

Karena Allah Memerintahkan Kita
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.”
(Yohanes 13:34)

            Kasih adalah tindakan berdasarkan kehendak. Allah berkata kita harus memutuskan untuk mengasihi sesama. Kita harus mengasihi orang percaya yang lain tanpa memikirkan apa perasaan kita terhadap mereka atau sikap tidak mengasihi yang tampak pada mereka. Betapapun sakitnya kita harus secara aktif, konsisten, dan sunggu mengasihi orang percaya yang dibawa Allah kedalam hidup kita, jemaat kita dan dalam kelompok kecil kita.
Kasih adalah perintah, keputusan kita untuk mengasihi adalah tindakan ketaatan. Allah mengangap mengasihi sesama begitu penting, sehingga Ia memerintahkan kita harus melakukannya (I Yoh 4:21). Pelajaran ini sangat penting sehingga rasul Yohanes terus menerus menjelaskan kasih dan ketaatan sebagai sesuatu yang sama. Jika saudara mengasihi Yesus, maka saudara akan taat pada perintah- Nya. (Yoh 14:15 ; 23-24;15:12,14,17; I Yoh 2:3;5:3;II Yoh 1:6)

Mengapa ketaatan dihubungkan dengan kasih? Karena itu menggambarkan kesatuan orang percaya satu kesatuan roh dalam jemaat dan kelompok kecil adalah sesuatu yang mendasar dalam pelayanan kerajaan Allah: “Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi” (I Yoh 3:11). Kristus menghancurkan mitos yang menganggap kasih didasarkan pada pikiran yang indah perasaan romantis. Ia mengangkat makna kasih pada tingkat yang lebih tinggi, dimana tingkah laku dan iman dipadukan dalam tindakan yang saleh. Kasih tidak lagi sekedar cinta picisan anak sekolah atau hubungan atas dasar kecocokan, tetapi kasih sesungguhnya adalah seperti seorang penumpang yang memberikan pelampung karena hendak menyelamatkan orang lain dari kapal yang akan tenggelam. Kasih adalah gambaran dari Kristus yang tersalib, mati bagi kita bahkan ketika kita masih berdosa (Roma 5:8)

Kasih menuntut komunitas. Kita tidak dapat taat pada perintah Kristus dengan mengisolasi diri. Kita harus berhubungan dengan orang lain agar dapat “saling mengasihi.” Komunitas memaksa kita meninggalkan “fantasi-fantasi hubungan” yang menganggap setiap orang yang kita kenal mudah untuk bersama dan setiap konflik dapat diselesaikan dengan kompromi.
Allah membentuk kita berbeda- beda dan Dia tahu setiap kita memiliki perspektif dan kebutuhan yang berbeda dalam komunita. Sakit hati, kebiasaan, dan ketidakhadiran dalam kelompok berpotensi menimbulkan konflik, tetapi rencana Allah adalah menggunakan setiap konflik untuk menolong kita bertumbuh di dalam Kristus

Kasih menuntut standar yang tinggi. Yesus mengatakan, kita harus memperlakukan sesama seperti Yesus memperlakukan kita. Kasih Kristus adalah kasih yang tidak mementingkan diri sendiri, berkorban dan taat pada kehendak Bapa-Nya sangat pribadi menjangkau mereka yang tidak layak, mengabaikan kekurangan masa lalu mereka dan lebih mengutamakan kebutuhan mereka yang utama. Standarnya begitu tinggi dan kita hanya mampu mencapainya dengan setia menerapkan Galatia 2:20. Bukan hanya saya yang mengasihi tetapi Kristus yang mengasihi di dalam saya. Dan orang yang sulit dicintai yang sekarang saya kasihi dengan iman pada Kristus anak Allah, yang lebih dahulu mengasihi orang yang sulit dikasihi ini dan memberi diri-Nya orang ini yang bagi saya sulit dikasihi.
Dasar pemikiran nya adalah; sebagai komunitas orang percaya yang ditarik oleh tujuan, kasih kita tidak boleh terbatas pada mereka yang kelihatannya banyak menerima kasih itu. Standar kasih kita adalah: “Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang elah mengutus Anak- Nya sebagai pendamai bagi dosa- dosa kita… jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi” (I Yoh 4:10-11)   ( By Rick Warren ) Multiplikasi Edisi April 2010

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response