Komunitas

MENGEMBANGKAN PERSAHABATAN ANDA DENGAN ALLAH

341views

Mengembangkan  Persahabatan Anda dengan Allah

Dia menawarkan persahabatan-Nya kepada orang yang saleh (Amsal 3:32)

Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekatkan kepadamu (Yakobus 4:8)

                Kedekatan Anda dengan Allah bergantung pada pilihan Anda. Seperti semua persahabatan, Anda harus berusaha mengembangkan persahabatan Anda dengan Allah. Persahabatan tersebut tidak akan terjadi secara kebetulan. Dibutuhkan kerinduan, waktu dan tenaga. Jika Anda menginginkan hubungan yang lebih dalam dan lebih akrab dengan Allah, Anda harus belajar untuk dengan jujur menyampaikan perasaan-perasaan Anda kepada-Nya mempercayai Dia ketika Dia meminta Anda melakukan sesuatu, belajar untuk peduli pada apa yang Dia peduli, dan merindukan persahabatan-Nya lebih dari apapun.

                Saya harus memilih untuk jujur terhadap Allah.

Landasan utama bagi persahabatan yang lebih dalam dengan Allah adalah kejujuran sepenuhnya, baik mengenai kesalahan-kesalahan Anda maupun mengenai perasaan-perasaan Anda. Allah tidak mengharapkan Anda untuk sempurna, tetapi Dia sungguh-sungguh menekan kejujuran sepenuhnya. Tidak ada satupun dari sahabat-sahabat Allah di dalam Alkitab yang sempurna. Jika kesempurnaan adalah persyaratan untuk bisa bersahabat dengan Allah, maka kita tidak akan pernah mampu menjadi sahabat-Nya untunglah, karena kasih karunia Allah, Yesus tetap “sahabat… orang berdosa.”

                Di dalam Alkitab, sahabat-sahabat Allah jujur mengenai perasaan mereka, dengan sering kali mengeluh, mengkritik, menuduh, dan berargumentasi dengan Pencipta mereka. Meskipun demikian, Allah tampaknya tidak terganggu oleh keterbukaan mereka, sebetulnya Allah mendorong hal itu.

                Allah membiarkan Abraham mempertanyakan serta menantang-Nya perihal kehancuran kota Sodom. Abraham mendesak Allah perihal apa yang diperlukan untuk menyelamatkan kota itu, dengan berunding dengan Allah mulai dari lima puluh orang benar sampai hanya sepuluh orang benar.

                Allah juga mendengar dengan sabar banyak tuduhan Daud tentang ketidakadilan, penghianatan, dan hal ditinggalkan. Allah tidak membantai Yeremia ketika Yeremia menyatakan bahwa Allah tidak memperdayanya. Ayub dibiarkan menyatakan kepahitannya selama penderitaannya, dan pada akhirnya, Allah membela Ayub karena memberi pernyataan yang salah. Allah memberi tahu mereka, “Kamu tidak jujur baik terhadap-Ku maupun tentang Aku, tidak seperti sahabat-Ku Ayub… Sahabat-Ku Ayub akan berdoa untuk kamu dan Aku akan menerima doanya.”

                Dalam sebuah contoh yang mengherankan mengenai persahabatan yang tulus, Allah secara jujur menyatakan benar-benar muak kepada ketidaktaatan Israel. Dia memberi tahu Musa bahwa Dia akan memelihara janji-Nya untuk memberi bangsa Israel Tanah Perjanjian, tetapi Dia tidak akan melangkah satu langkahpun lagi bersama mereka di padang gurun! Allah kecewa, dan Dia membiarkan Musa mengetahui persis bagaimana perasaan-Nya.

                Musa yang berbicara sebagai seorang “sahabat” Allah, menanggapi dengan kejujuran yang sama: “Memang Engkau berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa ini berangkat, tetapi Engkau tidak memberitahukan kepadaku, siapa yang akan Kau utus bersama-sama dengan aku…, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku… Ingatlah, bahwa bangsa ini adalah umat-Mu… Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami?… Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Juga hal yang telah kau katakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia dihadapan-Ku dan Aku mengenal engkau.”

                Bisakah Allah menghadapi jenis kejujuran yang terbuka dan hebat dari Anda? Tentu saja! Persahabatan sejati dibangun atas dasar keterbukaan. Apa yang mungkin tampak seperti keberanian dipandang Allah sebagai kebenaran. Allah mendengarkan kata-kata yang sungguh-sungguh dari sahabat-sahabat-Nya, Dia bosan dengan kata-kata klise yang religus yang bisa diramalkan. Untuk menjadi sahabat Allah, Anda harus jujur kepada Allah, dengan menyampaikan perasaan Anda yang sebenarnya, bukan apa yang Anda piker seharusnya Anda rasakan atau katakan.

                Mungkin Anda perlu mengakui kemarahan dan kepahitan yang tersembunyi terhadap Allah untuk beberapa hal dalam kehidupan Anda dimana Anda merasa dipedaya atau dikecewakan. Sebelum kita cukup dewasa untuk memahami bahwa Allah memakai segala sesuatu bagi kebaikan dalam hidup kita, kita memendam kemarahan terhadap Allah sehubungan dengan penampilan, latar belakang, doa-doa yang tak terjawab, luka-luka masa lalu, dan hal-hal lainnya yang akan kita ubah seandainya kita adalah Allah. Orang sering kali menyalahkan Allah karena luka-luka perasaan yang disebabkan oleh orang lain. Ini menimbulkan apa yang disebut William Backus, “keretakan Anda dengan Allah yang tersembunyi.” Kepahitan merupakan penghalang terbesar terhadap persahabatan dengan Allah

, untuk apa menjadi sahabat Allah jika Dia  mengizinkan hal ini terjadi? Tentu saja, jawabannya adalah menyadari bahwa Allah selalu bertindak demi kepentingan Anda, sekalipun tindakan tersebut menyakitkan dan tidak Anda pahami. Tetapi melepaskan kemarahan dan menyatakan perasaan Anda merupakan langkah pertama untuk penyembuhan. Seperti yang dilakukan oleh begitu banyak orang di dalam Alkitab, beri tahu Allah secara percis bagaimana perasaan Anda. Untuk mengajari kita tentang kejujuran yang tulus, Allah memberi kita Kitab Mazmur , yaitu buku panduan penyembuhan, penuh dengan jeritan, kemarahan, kebimbangan, ketakutan, kepahitan, dan penderitaan yang dalam digabungkan dengan ucapan syukur, pujian dan pernyataan-pernyataan iman. Semua emosi yang ada dibukukan dalam Kitab Mazmur. Ketika Anda membaca pengakuan yang emosional dari Daud dan orang lainnya, sadari bagaimana Allah ingin Anda menyembah Dia dengan cara ini, tidak menahan apapun yang Anda rasakan. Anda bisa berdoa seperti Daud, “Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakkanku kuberitahu ke hadapan-Nya. Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku…”

                Mengetahui bahwa semua sahabat dekat Allah, yaitu Musa, Daud, Abraham, Ayub, dan lainnya, pernah menderita kebimbangan pernah membuat kita tidak kecil hati. Tetapi bukannya menutup-tutupi kebimbangan mereka dengan perkataan-perkataan bernada rohani. Mereka dengan terus terang menyuarakannya secara terbuka, dan di depan umum. Menyatakan kebimbangan kadang merupakan langkah pertama menuju ketingkat keakraban berikutnya dengan Allah.

                Saya harus memilih untuk menaati Allah dengan iman.

Setiap kali Anda mempercayai hikmat Allah dan melakukan apapun yang Dia firmankan, meskipun Anda tidak memahaminya, Anda memperdalam persahabatan Anda dengan Allah. Kita biasanya tidak menganggap ketaatan sebagai suatu ciri khas persahabatan, ketaatan dijaga untuk hubungan dengan orang tua atau majikan atau atasan, bukan dengan seorang sahabat. Namun, Yesus menjelaskan bahwa ketaatan adalah syarat untuk dekat dengan Allah. Yesus berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”

                Dalam bab sebelumnya saya menunjukkan bahwa kata yang Yesus gunakan ketika Dia menyebut kita “sahabat” bisa menunjukkan pada “sahabat-sahabat raja” dalam suatu istana kerajaan. Sekalipun sahabat-sahabat dekat ini memiliki hak-hak istimewa, mereka tetap tunduk pada raja dan harus mentaati perintah-perintah-Nya. Kita adalah sahabat-sahabat Allah, tetapi kita tidaklah sederajat dengan-Nya. Dia adalah pemipin kita yang penuh kasih, dan kita mengikuti Dia.

                Kita mentaati Allah, bukan karena kewajiban atau ketakutan atau paksaan, tetapi karena kita mengasihi Dia dan percaya bahwa Dia mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Kita ingin mengikut Kristus karena rasa syukur atas semua yang telah Dia kerjakan bagi kita, dan semakin dekat kita mengikut Dia, semakin dalam persahabatan kita jadinya.

                Orang-orang yang belum percaya seringkali mengira bahwa orang-orang Kristen taat karena keharusan atau karena rasa bersalah atau karena takut dihukum, tetapi yang benar justru sebaliknya. Karena kita telah diampuni dan dibebaskan, kita taat karena kasih, dan ketaatan kita mendatangkan sukacita besar! Yesus berkata, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu, tinggalah didalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

                Perhatikan bahwa Yesus mengharapkan agar kita melakukan hanya apa yang Dia kerjakan dengan Bapa. Hubungan-Nya dengan Bapa-Nya adalah teladan bagi persahabatan kita dengan-Nya. Yesus melakukan apapun yang Bapa minta Dia lakukan, jadi karena kasih.

                Persahabatan sejadi tidak pasif, persahabatan sejati bertindak. Ketika Yesus meminta kita untuk mengasihi sesame kita, menolong orang-orang yang membutuhkan, membagi kekayaan kita, menjaga hidup kita tetap suci, memberikan pengampunan dan membawa orang lain kepada-Nya, kasih memotivasi kita untuk mentaati Dia dengan segera.

                Kita sering ditantang untuk mengerjakan “hal-hal besar” bagi Allah. Sebenarnya Allah lebih senang bila kita melakukan hal-hal kecil bagi Dia karena ketaatan yang disadari oleh kasih. Hal-hal kecil itu mungkin tidak terlihat oleh orang lain, tetapi Allah memperhatikannya dan mengganggapnya sebagai tindakan penyembahan.

                Kesempatan-kesempatan besar mungkin datang sekali seumur hidup, tetapi kesempatan-kesempatan kecil mengelilingi kita setiap hari. Bahkan dengan tindakan-tindakan sederhana, seperti berkata yang benar, berbuat kebaikan dan membesarkan hati orang lain, kita mendatangkan senyuman pada wajah Allah. Allah menghargai tindakan-tindakan ketaatan yang sederhana lebih daripada doa-doa, pujian atau persembahan kita. Alkitab memberi tahu kita, “Apakah TUHAN itu berkenan kepada kurban bakaran dan kurban sembelihan sama seperti mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan.”

                Yesus mengawali pelayanan umum-Nya pada umur tiga puluh tahun dengan dibaptis oleh Yohanes. Pada peristiwa tersebut, Allah berbicara dari Surga: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi dan Aku benar-benar senang dengan-Nya.” Apa yang telah Yesus lakukan selama tiga puluh tahun yang memberikan begitu banyak kesenangan kepada Allah? Alkitab tidak mengatakan apapun mengenai tahun-tahun yang tersembunyi ini kecuali satu frasa di dalam Lukas 2:51: “Dia kembali ke Nazaret bersama mereka, dan hidup dengan taat bersama mereka.” Tiga puluh tahun menyenangkan Allah di ringkas dengan tiga kata: “hidup dengan taat”

                Saya harus memilih untuk menghargai apa yang Allah hargai.

Inilah yang dikerjakan oleh sahabat, mereka peduli pada apa yang penting bagi sahabatnya itu. Semakin Anda akrab sebagai sahabat Allah, akan semakin Anda bisa peduli terhadap hal-hal yang Allah peduli, bersedih atas hal-hal yang membuat Allah bersedih, dan bersukacita atas hal-hal yang mendatangkan kesenangan bagi Dia.

                Paulus merupakan teladan terbaik dalam hal ini. Program Allah merupakan programnya, dan keinginan Allah merupakan keinginannya: “Hal yang membuatku terganggu adalah karena aku begitu memperdulikan kamu, begitu kerinduan Allah yang membakar hatiku.” Daud merasakan hal yang sama: “Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.”

                Apa yang paling Allah pedulikan? Penebusan umat-Nya dia ingin agar semua anak-Nya yang terhilang ditemukan! Itulah satu-satunya alasan mengapa Yesus datang ke dunia. Hal yang paling berharga bagi Allah adalah kematian Anak-Nya. Hal kedua yang paling berharga adalah ketika anak-anak-Nya memberitakan kabar tersebut kepada orang lain. Untuk menjadi sahabat Allah, Anda harus memperdulikan semua orang di sekeliling Anda yang Allah pedulikan. Sahabat-sahabat Allah memberi tahu teman-teman mereka mengenai Allah.

                Saya harus merindukan Persahabatan dengan Allah lebih dari segala yang lain.

Kitab Mazmur di penuhi dengan contoh-contoh tentang kerinduan ini. Daud bersungguh-sungguh ingin mengenal Allah lebih dari segala yang lain, dia menggunakan kata-kata seperti rindu, ingin, haus, dan lapar. Daud mendambakan Allah. Daud berkata, “Satu hal yang ku inginkan dari Allah, yang sungguh-sungguh menjadi kerinduanku, ialah berbakti di dalam rumah-Nya, hidup di hadirat-Nya sepanjang umurku dan bersukacita atas kesempurnaan dan kemuliaan-Nya yang tidak ada taranya.” Dalam Mazmur yang lain Dia berkata, “Sebab kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup.”

                Kerinduan Yakub untuk memperoleh berkat Allah atas kehidupannya begitu besar sehingga dia bergumul dengan Allah sepanjang malam dan berkata, “Aku tidak akan membiarkan engkau pergi, jika engkau tidak memberkati aku.” Bagian yang paling mengagumkan dari cerita tersebut adalah bahwa Allah, yang Maha Kuasa, membiarkan Yakub menang! Allah tidak tersinggung bila kita “bergumul” dengan-Nya, karena bergumul memerlukan hubungan pribadi dan membawa kita dekat pada-Nya! Bergumul juga merupakan kegiatan yang sungguh-sungguh, dan Allah juga senang bila kita bersungguh-sungguh dengan-Nya.

                Paulus adalah contoh lain dari orang yang sangat menginginkan persahabatan dengan Allah. Tidak ada hal yang lebih penting, persahabatan dengan Allah merupakan prioritas utama, focus mutlak, dan tujuan akhir hidupnya. Inilah sebabnya Allah memakai Paulus secara demikian hebat. Alkitab versi Amplified menunjukkan kekuatan penuh dari kerinduan Paulus: “Tujuan utamaku ialah agar aku dapat mengenal Dia, agar aku secara bertahap bisa bergaul semakin dalam dan akrab dengan Dia, merasakan dan mengenali serta memahami keajaiban Pribadi-Nya dengan lebih kuat dan lebih jelas.

                Kebenaran adalah kedekatan Anda dengan Allah bergantung pada pilihan Anda. Persahabatan yang akrab dengan Allah adalah suatu pilihan, bukan kebetulan. Anda harus dengan sadar mengupayakannya. Apakah Anda benar-benar menginginkannya, lebih dari apapun? Seberapa berharganya persahabatan dengan Allah itu bagi Anda? Apakah untuk persahabatan itu Anda bersedia melepaskan hal-hal lain? Apakah untuk itu Anda mau berusaha mengembangkan kebiasaan dan keterampilan yang disyaratkan?

                Anda bisa saja memiliki kerinduan akan Allah pada masa lalu, tetapi Anda telah kehilangan kerinduan tersebut. Inilah masalah-masalah orang Kristen di Efesus, yakni mereka telah kehilangan kasih yang mula-mula. Mereka melakukan semua hal yang benar, tetapi karena kewajiban, bukan karena kasih. Jika Anda baru merasakan kegerakan rohani, jangan terkejut bila Allah mengijinkan penderitaan di dalam kehidupan Anda.

                Penderitaan merupakan bahan bakar kerinduan, penderitaan mendorong kita dengan kuat untuk berubah. C.S Lewis berkata, “Penderitaan adalah megafon Allah.” Penderitaan merupakan cara Allah membangungkan kita dari kebekuan rohani. Masalah-masalah Anda bukanlah hukuman, masalah-masalah tersebut merupakan panggilan dari Allah yang penuh kasih untuk membangunkan Anda. Allah tidak marah pada Anda, Dia sangat cinta pada Anda, dan Dia akan melakukan apapun yang perlu untuk membawa Anda kembali pada persekutuan dengan-Nya. Tetapi ada satu cara yang lebih mudah untuk mengobarkan kembali kerinduan itu kepada Anda pada Allah, mulai dengan meminta agar Allah memberikan kerinduan itu kepada Anda, dan tetaplah meminta sampai Anda memperolehnya. Panjatkan doa ini sepanjang hari Anda: “Yesus yang kekasih, lebih dari apapun, aku ingin mengenal Engkau lebih dalam.” Allah memberi tahu tawanan di Babel, “Apabila kamu sungguh-sungguh ingin menemukan-Ku dan kerinduannya lebih dari apapun, Aku menjamin bahwa kamu tidak akan kecewa.” 

HUBUNGAN TERPENTING ANDA 

                Tidak ada apapun, benar-benar tidak ada, yang penting daripada mengembangkan suatu persahabatan dengan Allah. Inilah hubungan yang akan berlangsung selamanya. Paulus mengatakan kepada Timotius, “Beberapa di antara orang-orang ini telah kehilangan yang terpenting dalam hidup mereka-mereka tidak mengenal Allah.” Apakah Anda telah kehilangan hal yang terpenting di dalam kehidupan? Anda bisa melakukan sesuatu mengenai hal itu mulai sekarang. Ingat, hal tersebut adalah pilihan Anda. Kedekatan Anda dengan Allah bergantung pada pilihan Anda.

Pokok untuk direnungkan : Kedekatan saya dengan Allah bergantung pada pilihan saya.

Pertanyaan untuk Dipikirkan : Pilihan-pilihan praktis apa yang akan saya buat hari ini supaya menjadi makin dekat dengan Allah?

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response