KeluargaKomunitas

BIJAK DALAM MENGGUNAKAN GADGET

354views

Menetapkan Batasan dalam Penggunaan Gadget.

Apakah saudara pernah merasa kesal, karena pengendara mobil di depan anda berjalan tidak stabil? Saat anda menyalip, rupanya ia sedang menelpon. Anda sekeluarga sedang makan malam di sebuah restoran, dan sambil menunggu makanan dihidangkan, masing-masing mulai membuka ponsel dan asyik sendiri sambil sesekali tertawa kecil, karena membaca chat. Mungkin saudara pernah mengalami hal ini.

Menyesuaikan diri dengan teknologi baru bukanlah hal baru. Listrik, mobil, telepon, radio, televisi, komputer, dan banyak penemuan baru lainnya memicu perubahan signifikan dalam budaya kita dan dalam cara kita berhubungan dengan pasangan, anak-anak dan teman-teman kita.

Kita telah melihat kemunculan internet dan ponsel, dan kemudian gabungan dari keduanya. Kita sekarang dapat terhubung di manapun kita berada, 24 jam sehari 7 hari seminggu dengan siapapun.

Di satu sisi, kita menyukai tekhnologi smart-phone, iPad, laptop, karena memberikan banyak informasi serta kita dapat memberi informasi kepada orang lain dalam hitungan detik. Tetapi di lain pihak jika kita tidak berhati-hati      , hal itu dapat mendominasi kehidupan kita dan men’sabotase’ relasi di antara suami-istri, orang tua-anak, dst. Tekhnologi memiliki kelebihannya, tetapi jangan sampai kita diperintah dan diperalat oleh tekhnologi. Tekhnologi diberikan untuk membuat kehidupan kita lebih baik, bukan merusak.

Sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya kita mempergunakan tekhnologi dan mencari peluang bagaimana hal itu dapat kita gunakan untuk menjangkau lebih banyak orang mengenal Kristus.

Tekhnologi baru: telepon seluler, iPad, internet, dll. mengubah cara kita berhubungan satu sama lain.  Seorang pembaca menulis, “Saya sepenuhnya setuju dengan apa yang anda sampaikan tentang tekhnologi. Saat saya tinggal bersama saudara perempuan saya selama beberapa bulan karena ia baru melahirkan, suaminya duduk di sofa dengan iPod touch, Kindle, atau tablet hampir sepanjang malam setelah pulang dari bekerja.  Sungguh menyebalkan.”

Dia menggambarkan bahwa iparnya tersebut adalah seorang suami dan ayah yang terus terpaku pada gadgetnya saat makan malam dan bahkan sampai “larut malam.” Dia berteriak pada putranya yang baru berusia 1 tahun jika dia berani mengganggu konsentrasinya. “Dia mengaku sebagai seorang Kristen, namun tidak melakukan perannya sebagai suami atau ayah, kecuali untuk menyediakan makanan dan tempat untuk tidur, dan ia sering marah.”

Banyak dari saudara dapat menceritakan kisah yang mirip dengan ini. Bukan berarti teknologi itu buruk. Jauh dari itu — tekhnologi membantu kita terhubung dengan orang-orang dengan banyak cara yang positif. Masalahnya adalah begitu banyak orang tidak dapat mengendalikannya. “Tekhnologi telah menggantikan hubungan kita!” Pembaca lain menulis. “Komunikasi elektronik telah menjadi cara yang mudah untuk menghindari komunikasi yang sesungguhnya.”

Membuat Batasan dalam Keluarga

Banyak pembaca menulis tentang batasan yang mereka terapkan dalam keluarga mereka agar mereka tetap dapat berkomunikasi face to face. Berikut adalah beberapa saran:

1. Tidak boleh ada gadget di meja makan.

Waktu sarapan/ makan malam harus disediakan untuk bercakap-cakap. Seorang pembaca menulis, “Saya sepenuhnya setuju bahwa kami kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi secara verbal karena tekhnologi. Belum lama ini di sebuah pertemuan keluarga, ada lima orang dewasa yang duduk di sekitar meja makan (di mana kami biasanya berdiskusi dengan bersemangat). Tiga dari lima orang itu sedang bermain game dan/ atau sedang chatting — karena itu mereka tidak mengatakan apa pun secara verbal. Saya sedih melihat ini terjadi. ”

Sebuah keluarga menyebut aturan ini “TTT (3T) Timeout from Technology at the Table.”

2. Tidak menggunakan ponsel saat makan di restoran.

“Suami saya dan saya telah membuat kesepakatan untuk kencan malam,” tulis seorang istri. “Dia terlalu terhubung dengan TV dan ponselnya. Oleh karena itu ketika kami berada di restoran, kami sepakat untuk tidak menggunakan telepon kecuali ada panggilan dari pengasuh anak, atau panggilan darurat. Juga kami tidak akan memasuki restoran yang memiliki televisi karena dia suka menonton televisi, dan saya bisa menjadi marah karena dia tidak akan sepenuhnya terfokus pada kencan dan pembicaraan yang akan kami lakukan. Kita semua perlu mennyediakan waktu setiap hari untuk memutuskan sambungan dari semua informasi dan terhubung kembali dengan keluarga dengan percakapan yang seperti “pernah kita lakukan pada jaman dulu.”

Pembaca lain mengatakan dia dan suaminya meninggalkan ponsel mereka di dalam mobil sebelum mereka memasuki sebuah restoran.

3. Tidak mengirim pesan kepada seseorang saat sama-sama berada di rumah

Atau di ruangan yang sama. Jangan tertawa — itu bisa terjadi, terutama dengan para remaja. “Anak saya yang berusia 18 tahun bertanya kepada saya tentang suatu hal melalui SMS dari lantai atas atau ruangan lain di rumah dan saya menolak untuk menjawabnya, kecuali dia benar-benar datang dan bertanya pada saya,” tulis seorang ibu.

4. Tidak mengirim pesan atau berbicara tentang masalah pribadi yang sangat penting melalui telepon.

Ini harus dilakukan dengan tatap muka, kecuali jika itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda. Seorang pembaca berkata, “Ada kesenjangan besar dalam ‘percakapan’ ketika mengirim pesan karena Anda tidak benar-benar memahami apa maksud orang itu kecuali Anda mendengar nada suara atau melihat wajah mereka dan ada banyak hal yang yang membuat orang memiliki persepsi yang salah, merasa tidak enak, dll. ”

5. Mengatur penggunaan gadget saat liburan.

Beberapa orang tua, misalnya, tidak mengizinkan anak-anak menggunakan ponsel saat berkendara di mobil, dan membatasi penggunaan DVD. Ini memaksa keluarga untuk berinteraksi satu sama lain.

Bagi orang dewasa yang masih produktif, liburan dapat menjadi waktu yang sulit, karena harus melepaskan diri dari pekerjaan ketika email dan pesan dapat dilihat hanya dengan sekali klik. Seorang pembaca mengatakan tentang liburannya baru-baru ini, “Sangat sulit untuk ‘tidak terhubung’ bahkan selama beberapa hari. Tetapi saya harus belajar bahwa tidak apa-apa meninggalkan ponsel di rumah dan saya tidak harus selalu membawanya ke mana pun saya pergi. Tidak akan ada yang marah jika anda tidak membalas setiap sms atau email dengan segera.

Kasihi orang yang sedang bersama dengan anda

Batasan seperti ini membentuk nilai keluarga yang kuat: Ketika Anda sedang bersama seseorang, hubungan itu adalah prioritas Anda. Pelatihan ulang akan memakan waktu lama jika Anda, pasangan, atau anak-anak Anda menjadi kecanduan pada gadget. Kita perlu meletakkan gadget pada tempat yang seharusnya, sehingga membuka pintu untuk komunikasi yang lebih akrab dan intim dengan pasangan dan keluarga.

Seorang lain mengatakan, “Apa pun yang menjadi kebutuhan anda dapat menjadi berhala bagi anda.” Dengan kata lain, Anda dapat menjadi begitu melekat pada ponsel pintar Anda yang pada dasarnya menjadi hal yang paling penting dalam hidup Anda: “Jika Anda tidak dapat hidup tanpa gadget … buanglah. Jika gadget menyerap sebagian besar waktu luang Anda … buanglah! “

“Hidup ini terlalu singkat. Jangan menginvestasikan waktu yang sedikit ini dengan hal-hal yang lebih rendah nilainya.”

Disarikan dan diterjemahkan oleh RS, April 2018 dari:

“Are we replacing Conversation with Connectivity?”; “Technology Drive me Crazy”; “Setting Boundaries for Mobile Technology”

Promoting face-to-face communication in your marriage and family. By Dave Boehi

Copyright © 2012 by FamilyLife. All rights reserved.

Jika saudara diberkati dengan Renungan di atas, silahkan klik pilihan di bawah ini :

Atau tuliskan komentar saudara melalui kolom berikut :

Facebook Comments

Leave a Response